Masker Bedah Langka, Bisakah Masker Kain Jadi Pengganti? Ini Efektivitasnya Menyaring Virus Corona

Alat pelindung diri seperti masker bedah sudah sulit ditemukan di pasaran. Barang tersebut menjadi langka padahal dibutuhkan untuk mencegah penularan

Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Widia Lestari
tribun jabar/dok
Dudi lapak pasar Kosambi depan kntor Pos 

TRIBUNJABAR.ID - Alat pelindung diri seperti masker bedah sudah sulit ditemukan di pasaran.

Barang tersebut menjadi langka padahal dibutuhkan untuk mencegah penularan virus corona.

Masyarakat yang sakit diwajibkan mengenakan masker bedah.

Masker bedah dinilai mampu menahan droplet yang ketika batuk, bicara, maupun bersin.

Virus corona menular melalui droplet atau percikan.

Masker berfungsi untuk menyaring percikan tersebut.

Ada masker yang disarankan untuk digunakan yakni masker bedah bagi masyarakat dan masker N95 bagi petugas medis yang berkontak langsung dengan pasien.

Namun, masker bedah kini sulit ditemukan.

Juru bicara pemerintah untuk penangan virus corona Achmad Yurinato menyebut masker berbahan dasar kain dapat dijadikan alternatif.

Masker kain menjadi pilihan terakhir karena kelangkaan masker bedah.

"(Penggunaan masker berbahan dasar kain) ini lebih baik dibanding tanpa pakai masker," kata Yuri, Rabu (25/3/2020), dikutip dari Kompas.com.

Wakil Ketua DPRD Garut Bagikan 3.500 Masker dan Sembako
Wakil Ketua DPRD Garut Bagikan 3.500 Masker dan Sembako (istimewa)

Masker bedah pada umumnya digunakan karena memiliki lapisan yang dapat menahan droplet (percikan air ludah).

Adapun droplet merupakan sumber terjadinya penularan virus, karena dapat berpindah dari orang yang sakit ke orang sehat.

Menurut Yuri, masker kain juga punya fungsi yang sama sebagai penahan droplet, baik droplet pemakai maupun orang lain.

"Masker kain menahan droplet pemakai, dan bisa menahan droplet orang lain," ujarnya.

Sama seperti surgical mask, menurut Yuri, masker berbahan dasar kain juga tak boleh digunakan lama-lama.

Pengguna masker kain yang tidak sedang batuk dianjurkan mengganti masker tiap tiga jam sekali, sedangkan yang tengah flu disarankan mengganti masker lebih sering lagi.

Tak seperti surgical mask yang hanya dapat digunakan sekali pakai, masker kain dapat dipakai lebih dari satu kali, dengan catatan rajin dicuci.

Yuri pun menegaskan bahwa pencucian masker kain harus menggunakan sabun dan dipastikan bersih.

Penampakan Rumah Hengky Kurniawan di Jakarta, Ikhlas Digunakan Buat Tenaga Medis yang Tangani Corona

Postingan BCL Curi Perhatian, Begini Kabar Barunya Setelah Kepergian Ashraf Sinclair

"Tetap cuci tangan pakai sabun mutlak," kata dia.

Masih mengutip sumber yang sama, Dokter dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan Erlina Burhan memberi penjelasan terkait efektivitas masker kain sebagai pencegah penularan virus.

Menurut Erlina, masker kain kurang efektif mencegah penularan virus bila dibandingkan dengan masker bedah.

Sebab, kata dia, masker tersebut tidak bisa menahan percikan yang keluar dari mulut atau droplet sepenuhnya.

"Jadi pencegahan keluarnya droplet dari batuk atau bersin itu pada pemakai kalau yang dropletnya, beratnya besar ia bisa, tapi kalau dropletnya kecil tidak bisa tidak masker kain ini ya," kata Erlina saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4/2020).

Asep jangkung pengecer di simpang 4 Riau A Yani
Asep jangkung pengecer di simpang 4 Riau A Yani (tribun jabar/dok)

Erlina menjelaskan, kemampuan filtrasi masker kain hanya mampu menahan 10 sampai 60 persen partikel dengan ukuran tiga mikron.

Masker kain, lanjut dia, juga tidak mampu menahan partikel aerosol dan airborne atau partikel yang ada di udara.

"Masker kain ini bila dalam keadaan terpaksa bisa dipakai, tapi memang tidak sebaik seefektif masker bedah," ujar dia.

Namun, penggunaan masker kain tetap memiliki beberapa keuntungan, yakni bisa dipakai secara berulang.

Ia mengingatkan sebelum dipakai berulang, masker kain harus dicuci terlebih dahulu.

"Perlu dicuci dengan deterjen dan bila perlu memakai air panas. Karena deterjen dan air yang hangat itu bisa mematikan virus," ucap Erlina.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved