Kakek Sebatang Kara di Sukabumi Ini Tinggal di Gubuk Reyot, Akrab dengan Basah Kuyup dan Gelap
Kakek yang hidup sebatang kara ini, harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup dengan cara serabutan.
Penulis: M RIZAL JALALUDIN | Editor: Ravianto
Laporan Reporter Tribun Jabar M Rizal Jalaludin
TRIBUNJABAR.ID, SUKABUMI - Parta (75) kakek asal Kampung Sukatani, Desa Wangunsari, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ini harus tinggal di gubuk di tengah area pesawahan.
Kakek yang hidup sebatang kara ini, harus berjuang memenuhi kebutuhan hidup dengan cara serabutan.
Tidak jarang ia tidak mendapatka uang karena tidak ada pekerjaan.
"Biasanya mulung sama kerja serabutan lain, kalau serabutan biasanya kerja di sawah orang, suka dibayar Rp 50 ribu. Itu juga kalau lagi ada yang nyuruh, kalau gak ada gak punya uang," ungkap Parta.
Selain harus tinggal di gubuk yang sudah tidak layak, ketika malam hari, ia juga harus gelap-gelapan.
Karena di gubuknya itu tidak ada penerangan sama sekali.
"Tinggal disini sendirian, istri sudah gak ada," singkatnya.
Parta mengaku, dirinya sudah tinggal selama 10 tahun di gubuk reot tersebut.
Bahkan, ia juga mengatakan, bahwa tanah bangunan gubuknya bukan milik dirinya, melainkan milik orang lain.
Tidak jarang, ketika hujn ia basah kuyup karena atap gubuknya bolong.
"Kalau hujan datang, atap selalu bocor tapi abah selalu berusaha sabar, abah sudah sepuluh tahun tinggal sendirian di gubuk reot ini tanpa penerangan listrik," terangnya.
Parta berharap bisa mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat.
"Harapan abah ada bantuan dari pemerintah, karena selama ini belum pernah mendapatkan bantuan. Tanah yang abah tempati juga milik orang lain," pungkasnya.*