Nenek di Dayeuhkolot Tinggal di Rumah Tak Layak Huni dan Asuh Cucu yang Berkebutuhan Khusus
Seorang nenek di Kampung Bojong Asih, Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Edah (76) tetap tegar meski hidupnya berkekurangan.
Penulis: Lutfi Ahmad Mauludin | Editor: Theofilus Richard
"Kalau banjir diam saja di sana (kamar di lantai dua rumahnya)," ujar Edah, Senin (24/2/2020).
Ketika melihat kamar di dalam rumahnya, terlihat pakaian dan perabotan semisal baskom hingga kompor minyak, berserakan.
Jangan berpikir lantai dua rumah yang seperti biasanya.
Untuk menuju kamar tersebut juga cukup sulit, dengan lantai dialasi oleh palet, Edah harus menaiki tangga yang menukik dan semoit yang terbuat dari kayu.
Edah mengaku, sehari-hari untuk makan kerap diberi oleh para tetangganya, termasuk oleh Ketua RW 14, Wawan.
"Alhamdulillah kangge tuang sok aya nu masihan. Upami hujan terus banjir, nya calik we di luhur teu turun-turun komo mun cai na ageung (untuk makan suka ada yang ngasih. Kalau hujan lalu banjir diam di atas enggak turun-turun)," ujar Edah.
Edah memaparkan, kalau banjir bersama anak dan cucunya lebih memilih diam di kamar tersebut.
"Untuk makan juga suka ada dari tetangga, ada yang nganterin, kalau ada yang manggil nyuruh ambil makanan, paling ibunya ujang yang mengambil," kata dia.
Edah mengatakan, yang suka memberinya makanan selain tetangga di dekat rumahnya, yakni Acim dan orang-orang dari komunitas Muding Dongkol.
"Alhamdulillah ari tuang mah aya wae, kalau terjadi banjir emak mah, hanya bisa berdoa," tuturnya.
Edah mengaku, sangat menyayangi cucunya yang dikenal warga setempat dengan sebutan Ujang Tower.
Panggilan tersebut disematkan karena Ujang pernah manjat ke puncak tower hingga menggegerkan warga.
Ia hanya berharap cucunya bisa berobat.
"Emak enggak apa-apa makan nasi dengan garam, yang penting Soleh bisa berobat," katanya.
Menurut Edah, Cucunya sebulan sekali berobat ke Cisarua, dibawa oleh staf puskesmas