Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Wabup Helmi Budiman 'Tersesat', dari Ruang Praktik Kini Urusi Warga Garut
Menjadi wakil bupati, kata Helmi, adalah sesuatu tak pernah diimpikannya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 5 Mei 1971, itu bahkan mengaku tersesat
TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Sosok Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman, dikenal sangat sederhana.
Meski aktivitasnya padat, Helmi tak sungkan untuk meluangkan waktu jika ada warga yang ingin berbincang.
Menjadi wakil bupati, kata Helmi, adalah sesuatu tak pernah diimpikannya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 5 Mei 1971, itu bahkan mengaku tersesat karena terjun ke ranah politik.
Meski merasa tersesat, bersama Bupati Garut, Rudy Gunawan, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran itu membuktikan bisa membangun Garut.
• Solusi Macet di Jalan Bandung-Garut, Bupati Sumedang Ingin Ada Skywalk atau Flyover
Tahun ini adalah periode kedua suami Hani Firdiani itu mendampingi Rudy. Ayah lima anak itu mengaku memiliki mimpi besar untuk kemajuan Garut.
Kepada Tribun Jabar, Helmi juga bercerita tentang perjuangan hidupnya, termasuk masa-masa sulit saat kuliah di Bandung.
Berikut petikan wawancara eksklusif jurnalis Tribun Jabar Firman Wijaksana dengan Helmi Budiman, belum lama ini.
Apa pengalaman unik selama menjadi mahasiswa kedokteran di Unpad?
Saat jadi mahasiswa kedokteran, keluarga saya bukan orang berada. Saya memiliki sembilan saudara. Jadi, harus pintar mengatur keuangan.
Kalau ada tugas di kedokteran itu harus membeli buku. Saya atasi dengan pinjam buku ke teman. Kadang juga pergi ke toko buku, sekadar buat baca.
Kenapa buku jadi bagian tak terpisahkan dari Anda?
Di kedokteran itu, satu mata kuliah bisa satu buku yang dibaca. Jadi, saya sudah terbiasa membaca buku. Apalagi buku kedokteran itu tebal-tebal.
Makanya saya senang saat diundang bincang literasi kemarin oleh Gramedia.
Menurut informasi, Anda aktif berorganisasi sejak jadi mahasiswa?
Ikut demo waktu dulu sering. Saya juga aktif di beberapa perkumpulan mahasiswa kedokteran. Saya juga sering bergaul dengan mahasiswa fakultas lain.
Soalnya, dulu kuliah kedokteran itu lokasi beda dengan fakultas lain. Walau beda kampus, saya sering main ke fakultas lain di Unpad.
Setelah lulus kuliah, di mana pertama kali praktik menjadi dokter?
Dulu di selatan saya sempat praktik. Nah, saat itu, ada teman kontak dan minta saya gabung ke partai. Saya pikir buat apa. Tapi terus diajak dan tertarik.
Jadi, Anda tersesat dan terjun ke politik?
Saat itu saya masih fokus menjadi dokter. Bersama istri yang juga seorang dokter lalu membuka klinik di Samarang. Kemudian baru saya mencoba peruntungan di dunia politik.
Kapan Anda tersesat dan menggeluti dunia politik?
Pertama kali saya terpilih menjadi anggota DPRD Garut dari PKS. Kemudian pada 2014, diajak Pak Rudy menjadi pasangannya.
Sampai sekarang di periode kedua, masih membantu Pak Rudy di pemerintahan.
• Tribun Jabar dan Diskominfo Kabupaten Garut Silaturahmi, Bahas Kerja Sama dan HUT ke-207 Garut
Sekarang masih praktik menjadi dokter?
Sudah sekitar enam atau tujuh tahun saya sudah tidak praktik. Sudah sulit membagi waktu.
Pada 16 Februari nanti, Garut akan berulang tahun ke-207. Harapan untuk Garut?
Banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Seperti angka stunting di Garut yang cukup besar di Jabar. Saya selalu mengecek bagaimana perkembangannya. Tak jarang, saya juga cek langsung ke lapangan.
Jalur kereta api Cibatu-Garut juga hampir selesai. Potensi apa yang bisa ditonjolkan oleh Garut?
Potensi wisata tentunya bisa semakin maju. Jalur kereta itu sudah 36 tahun mati. Pemkab Garut tentu mendukung upaya dari pusat dan PT KAI untik mereaktivasi jalur itu.
Apalagi historisnya jalur itu pernah dilintasi Charlie Chaplin. Keberadaan kereta akan meningkatkan ekonomi bagi Garut. Wisata bisa berkembang dan akses transportasi bagi warga makin mudah. Sudah banyak yang menanti operasional kereta ini. (*)