Himendra Mantan Rektor Unpad Meninggal
Kisah Himendra Wargahadibrata, Bawa Persib Bandung Juara Hingga Jadi Profesor & Rektor Unpad
Banyak orang yang begitu mengenal Himendra Wargahadibrata, pria yang memulai karir sepakbola di liga amatir serta cemerlang di dunia akademis.
Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Meski tak berbeda era dengan Himendra Wargahadibrata, Adeng Hudaya menyebut seniornya itu pemain yang disegani di eranya.
Penilaian itu lantaran, semasa kecil, Adeng Hudaya sering menonton aksi-aksi Himendra di lapangan.
• Jelang Lawan Persib Bandung, Persis Solo Kembali ke Stadion Manahan Setelah 1,5 Musim Jadi Musafir
• Tautan Live Streaming Laga Persib Bandung vs Persis di Manahan, Rangkaian Acara Mulai Pukul 14.00
"Pemain bola yang jadi sosok atau figur di Jawa Barat. Beliau bermain fairplay, jadi orang itu sangat segan pada beliau. Selain itu, Himendra adalah pemain Persib pertama yang dapat gelar Profesor di Unpad dan menjadi rektor," ujarnya.
Menurut Adeng Hudaya, Himendra berposisi sebagai penyerang saat membela Persib Bandung.
"Disegani di lapangan karena dia pemain punya karakter dan posisinya striker. Saya nonton dulu melihat dia jadi sosok menakutkan buat tim-tim lain," ujar Adeng Hudaya.
Adeng menambahkan Himendra Wargahadibrata adalah sosok yang bisa memotivasi para pemain lainnya.
Himendra Wargahadibrata, Sang Profesor Spesialis Anastesi

Himendra Wargahadibrata merupakan guru besar Besar Fakultas Kedokteran Unpad dibidang anastesi. Beliau menjalani studi di bidang kedokteran pada tahun 1961.
Selain itu, Himendra juga menjabat sebagai Rektor Unpad selama dua periode dari tahun 1998 sampai 2007.
• Tekad Erwin Ramdani di Laga Persib Bandung Lawan Persis Solo Besok, Siap Gantikan Tugas Febri
• Begini Sosok Himendra Wargahadibrata di Mata Ketua Viking Club Persib Bandung
Rektor Unpad periode 2019-2024, Rina Indiastuti, menilai, Himendra sangat inspiratif bagi akademisi Unpad.
Menurutnya, Himendra Wargahadibrata harus diteladani terutama soal konsistensinya di bidang akademik maupun non akademik.
"Beliau tidak hanya memikirkan akademis tetapi juga mengasah softskill. Bayangkan tahun 1961, dia sudah memikirkan bahwa seseorang itu harus punya karakter, tak boleh hanya akademik tapi keseimbangan akademik dan non akademik," kata Rina.
Rina menambahkan Himendra punya kegigihan sampai tutup usia diumur 77. Ia punya semangat untuk terus mendidik hingga akhir hayatnya.