Viral Buaya Berkalung Ban di Palu Membuat Dua Ahli Buaya dari Australia Turun Tangan

Mereka bersama tim Satgas Penanganan Buaya bahu membahu menempatkan perangkap di posisi yang diyakini pas atau tepat.

Editor: Ravianto
AFP PHOTO/ARFA
Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut. 

TRIBUNJABAR.ID, PALU - Dua warga negara asing yang bergabung dengan Tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Buaya di Sungai Palu memasang perangkap besi, Selasa (11/2/2020) sore.

Perangkap yang berukuran 3 X 1,2 meter itu dipasang di sekitar Jembatan Palu II, di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Kota Palu.

Lokasi pemasangan perangkap besi itu diyakini sebagai tempat atau titik di mana buaya berkalung ban sering menampakkan dirinya.

Dua ahli buaya WNA asal Australia itu bernama Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson.

Mereka bersama tim Satgas Penanganan Buaya bahu membahu menempatkan perangkap di posisi yang diyakini pas atau tepat.

Proses pemasangan perangkap besi untuk menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Selasa (11/2/2020) sore.
Proses pemasangan perangkap besi untuk menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Selasa (11/2/2020) sore. (Tribunpalu.com/Muhakir Tamrin)

Perangkap buaya itu dirakit sejak Selasa siang di kantor Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah.

Untuk membuat perangkap besi setengah terapung, mereka memasangkan 6 buah tong plastik yang berfungsi sebagai pelampung.

Setelah melalui proses perangkaian di bibir sungai di sekitar Jembatan Palu II, Matthew Wright bersama seorang anggota satgas lainnya, membawa perangkap besi itu ke titik yang sudah ditentukan.

Setelah terpasang di tengah sungai, mereka memasukkan seekor itik sebagai umpan ke dalam perangkap.

Pemasangan Perangkap Besi untuk Selamatkan Buaya Berkalung Ban_1
Proses pemasangan perangkap besi untuk menyelamatkan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Selasa (11/2/2020) sore.

Sebelumnya, ahli sekaligus pemerhati buaya asal Negara Australia Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson, akhirnya bergabung dengan tim penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu.

Keduanya bergabung atas surat keputusan Direktur KKH Kementerian LHK kepada Kepala Balai KSDA Sulawesi Tengah Nomor : 8.110/KKH/AJ/KSA2/02/2020 tanggal 10 Februari 2020.

Izin yang diperoleh kedua ahli buaya dari Australia itu diperoleh setelah keduanya melakukan observasi di habitat buaya berkalung ban di Sungai Palu pada Minggu (9/2/2020) lalu.

Setelah melakukan observasi, salah seorang dari mereka yakni Matthew Nicolas Wright berangkat ke Direktorat KKH dan berhasil mengantongi izin.

Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut.
Seekor buaya muara (Crocodylus porosus) dengan ban yang menjerat lehernya terlihat di sungai Kota Palu, Selasa (20/9/2016). Pihak konservasi setempat terus berupaya melakukan penyelamatan buaya berukuran sekitar 4 meter dengan ban yang melilit lehernya sejak tahun 2016 tersebut. ((AFP PHOTO/ARFA))

Selasa (11/2/2020) pagi, ahli buaya itu kembali ke Kota Palu dan langsung melakukan pemantauan buaya berkalung ban di Jembatan Palu II di Jalan I Gusti Ngurah Rai Kota Palu.

Pantauan TribunPalu.com di akun media sosial Matthew Nicolas Wright, Selasa pagi mereka bersama tim BKSDA Sulteng sudah melihat keberadaan berkalung ban itu.

Tim BKSDA Sulteng sudah dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Nomor : SK. 219/BKSDAST/TU/112020 tanggal 31 Januari 2020 dengan Kepala Seksi Konservasi wilayah l BKSDA Sulteng Haruna selaku ketua tim satuan tugas.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved