Bata Merah Tersaingi Bata Hebel, Perajin di Sumedang Mengeluh
Perlahan, bata merah tradisional mulai tergeser oleh kehadiran bata hebel ( bata ringan ) yang mulai banyak diproduksi.
Penulis: Seli Andina Miranti | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Seli Andina Miranti
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG- Tak hanya menghadapi penurunan produksi di musim hujan, para perajin bata merah tradisional pun menghadapi masalah lain.
Perlahan, bata merah tradisional mulai tergeser oleh kehadiran bata hebel ( bata ringan ) yang mulai banyak diproduksi.
Hal ini disampaikan Omo (74), perajin bata tradisional asal Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, ketika ditemui di tempat pembuatan bata, Kamis (23/1/2020).
"Penjualan agak merosot memang, setelah ada bata hebel jadi merosot," ujar Omo.
Sebelum ada bata hebel, Omo mengatakan, bata merah tradisional buatannya laris manis di pasaran.
• Musim Hujan, Perajin Bata Merah Tradisional Hanya Kantongi Rp 750 Ribu per Bulan
• Musim Hujan, Produksi Bata di Sumedang Menurun Drastis
Kini para pemborong lebih menyukai bata ringan yang banyak diproduksi pabrik, membuat bata merah produksinya menumpuk belum terjual.
"Sekarang aja produksi 10 ribu masih menumpuk, belum ada yang bawa," ujar Omo.
Omo mengatakan, bata hebel lebih disukai karena bentuknya yang lebih besar dari bata merah dan lebih ringan.
Ini menyebabkan pekerjaan kontruksi lebih irit karena tak harus membeli sebanyak bata merah, padahal harga satuannya sama.
"Kalau kuat dan awet, masih lebih kuat bata merah," ujarnya.