Jejak Kejayaan Jalur Kereta Api Rancaekek-Tanjungsari, Terekam Jadi Nama Jalan, Warga Menyebutnya SS

SS adalah akronim dari stat spoor, istilah dalam bahasa Belanda, berarti jalan kereta api. Dulu, kawasan SS di Tanjungsari bagian dari Staatspoorwegen

sumber https://jatinangorkec.sumedangkab.go.id
pembangunan jalur kereta api Jatinangor-Tanjungsari 

Lingkungan ini dulunya merupakan jalur kereta api tua zaman Hindia-Belanda yang sudah tidak digunakan lagi sejak zaman penjajahan Jepang.

Sejarah SS ini diceritakan turun temurun di antara warga Kecamatan Tanjungsari, terutama warga asli sekitar Lingkungan SS.

Hendar (50), salah seorang warga Lingkungan SS yang bekerja di Kantor Desa Tanjungsari, mengatakan informasi mengenai sejarah SS memang kebanyakan didapatkan dari cerita turun temurun.

Tak banyak artikel maupun buku referensi yang membahas mengenai sejarah jalur kereta api tua Rancaekek-Tanjungsari tersebut.

“Mendengar dari orangtua yang mengalami langsung. Kalau yang masih mengalami mah sudah tidak ada, sudah sepuh-sepuh semua kan, itu dulu sekali,” ujar Hendar ketika ditemui di Kantor Desa Tanjungsari, Selasa (14/1/2020).

Hendar bercerita, dahulu, wilayah Tanjungsari dan Jatinangor merupakan perkebunan, jalur kereta api SS tersebut digunakan oleh kereta api pembawa hasil bumi. Jalur kereta apinya pun tidak sampai wilayah Sumedang Kota, hanya sampai wilayah SS tersebut. Adapun hasil bumi yang diangkut di antaranya adalah kopi dan karet.

Pembangunan dan penggunaan jalur kereta api tua tersebut, lanjut Hendar, dilakukan pada zaman Hindia Belanda atau masa penjajahan Belanda. Namun, jalur kereta api tersebut tak lagi digunakan saat Indonesia direbut oleh Jepang atau masa penjajahan Jepang.

“Kata orang tua saya teh, datang Jepang, sama Jepang dibongkar sampai tidak bersisa. Sampai sekarang, weh, jalur ini teh tidak pernah digunakan lagi untuk jalur kereta api,” ujarnya.

Dishub Akui Pernah Lakukan Kajian Akademis Jalur Elevated Kereta Api di Kota Cirebon

Tersisa Remehnya

Dilansir dari laman resmi Kecamatan Jatinangor,  jalur kereta api yang menghubungkan Rancaekek-Tanjungsari memang dibuat untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan.

Pembangunan jalur kereta api tersebut dilakukan pada 1916 lewat program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15 kilometer.

Namun pada kenyataannya, pembangunan rel kereta api tersebut hanya sampai Tanjungsari dan tidak dilanjutkan ke Citali karena kendala biaya. Jalur kereta api tersebut mulai dioperasikan pada 13 Februari 1921.

Hendar mengatakan, sepanjang jalur kereta api lama Rancaekek-Tanjungsari, sudah hampir tidak ada sisa-sisa bangunan tempo dulu yang berhubungan dengan kereta api.

Bila ditelusuri, maka seluruh jalur kereta api tersebut sudah berganti menjadi tanah pertanian dan pemukiman warga.

“Yang tersisa paling 'remehnya' saja. Dulu kan ku Jepang relnya dibongkar, diangkut. Kereta zaman dulu, mah, kan suka ada tiang dan kawat penghubungnya di rel teh. Yang itunya juga habis diambilin oleh oknum yang tidak bertanggung jawab,” ujar Hendar.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved