Ini Pengakuan Kondektur Soal Kecelakaan Bus Sriwijaya Jatuh ke Jurang di Pagaralam

Bus Sriwijaya terun ke jurang di Liku Lematang, Pagaralam, Selasa dini hari (24/12/2019). Bus tersebut dikabarkan mengangkut 50 penumpang. Sebanyak

Editor: Theofilus Richard
Kompas TV
SAKSI HIDUP - Kesaksian kondektur Bus Sriwijaya, beber kondisi sopir dan pengambilan penumpang sebelum kecelakaan 

"Kondisi mobil bagus, tidak ada kendala, rem bagus," katanya.

Tim SAR gabungan kembali menemukan tiga jenazah yang merupakan penumpang bus Sriwijaya yang masuk ke jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Tengah , kota Pagaralam, Sumatera Selatan, pada hari kedua, Rabu (25/12/2019).
Tim SAR gabungan kembali menemukan tiga jenazah yang merupakan penumpang bus Sriwijaya yang masuk ke jurang di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Tengah , kota Pagaralam, Sumatera Selatan, pada hari kedua, Rabu (25/12/2019). (HANDOUT/SAR PALEMBANG)

Kecelakaan ini pun diinvestigasi oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berikan hasil investigasi awalnya.

Korban Kecelakaan Maut Bus Sriwijaya Bertambah Jadi 35 Orang, Ini Daftar Korban yang Baru Ditemukan

Dalam kasus kecelakaan Bus Sriwijaya, KNKT sedang mendalami faktor adanya kesalahan manusia dalam kecelakaan tersebut.

Dari hasil investigasi sementara KNKT, penyebab kecelakaan Bus Sriwijaya diduga karena pengemudi saat mengendarai kendaraan dengan kecepatan tinggi.

KNKT juga tidak menemukan adanya jejak bekas rem kendaraan di lokasi kecelakaan.

Ahmad Wildan selaku pimpinan tim ivestigasi KNKT menyebut pihaknya juga sudah mengantongi beberapa keterangan dari penumpang.

Dari para penumpang tersebut mengatakan, jika bus melaju dengan kecepatan kencang.

"Dari penjelasan penumpang kita tahu ini kendaraan melaju dengan kecepatan lumayan (kencang) . Cuma yang jelas para penumpang menyebut bus melaju dengan kecepatan tinggi," kata Ahmad Wildan.

Ahmad menyebut, kondisi geografis di wilayah pagar alam penuh dengan tanjakan dan turunan.

Jika ditemukan fakta bus melaju di jalana yang menurun dan dengan kecepatan tinggi, Ahmad menegaskan itu merupakan tindakan yang menyalahi prosedur.

"Prosedur mengemudi seharusnya mengatakan kalau di jalan menurun gunakan gigi rendah dengan kecepatan rendah," kata Ahmad.

"ini diduga terbalik nih, berarti pengemudi ini tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya," tambahnya.

Pimpinan tim Investigasi KNKT ini juga menyebut, jika kendaraan melaju kencang di jalanan yang menurun akan sangat berbahaya.

"Resiko yang akan terjadi jika bus atau truk melalui jalan yang menurun dengan kecepatan yang tinggi, tadi saya ceritakan. ada dua hal, yang pertama rodanya akan over heat dan yang kedua tekanan anginya tekor," kata Ahmad.

Ketika hal tersebut terjadi, maka potensi rem menjadi blong akan bisa terjadi.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved