Green Canyon Pangandaran Siap Sambut Wisatawan di Liburan Akhir Tahun, Sajikan Body Rafting 2 Trek

Pangandaran bersiap menyambut para wisatawan yang akan menghabiskan waktu liburan akhir tahun -nya di berbagai tempat wisata, termasuk Green Canyon

Istimewa
Keseruan di destinasi wisata Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pangandaran bersiap menyambut para wisatawan yang akan menghabiskan waktu liburan akhir tahun -nya di berbagai tempat wisata di ujung tenggara Jawa Barat tersebut.

Persiapan pun dilakukan di Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang.

Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Guha Bau pun menyiapkan kegiatan wisata unggulan di Green Canyon, yakni Body Rafting.

Untuk masa liburan Natal dan Tahun Baru, disiapkan dua jalur, yakni trek panjang dengan panjang jarak tempuh 10 kilometer, dan trek pendek dengan jarak 5 kilometer menyusuri Green Canyon.

Tung Tang Ting Dung, Suara Gamelan dan Tari Perjuangan, Tolak Pembangunan Waterboom di Pangandaran

700 Bikers Moge Bakal Ramaikan Pantai Pangandaran, Even Wingday HDCI Bandung pada April 2020

Ketua Bumdes Guha Bau Teten Sutanto mengatakan di lokasi ini wisatawan bisa menikmati keindahan sungai dengan pemandangan sekitarnya yang menarik.

Mulai dari air yang jernih, pepohonan rimbun, tebing karst, air terjun, hingga bebatuan alami.

Tiket untuk menikmati keseruan Body Rafting, katanya, adalah Rp 225 ribu untuk trek panjang dan Rp 200 ribu untuk trek pendek.

Keseruan di destinasi wisata Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Keseruan di destinasi wisata Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. (Istimewa)

Harga ini sudah mencakup perjalanan menggunakan mobil, perahu, makan, asuransi, dan tentu saja body rafting itu sendiri dengan pemandu berpengalaman.

"Untuk body rafting ini, pesertanya minimal lima orang. Ini bisa satu kelompok atau digabung dengan peserta lain. Waktu tempuhnya sendiri 4-5 jam untuk trek panjang dan 1,5-3 jam untuk trek pendek," kata Teten melalui ponsel, Selasa (17/12/2019).

Sepanjang perjalanan, pengunjung akan bertualang menyusuri sungai yang terlihat seolah berwarna hijau karena pantulan warna dedaunan dan tebing.

Tapi, air di sini benar-benar jernih dan menyegarkan. Pengunjung harus berenang hingga berjalan kaki melewati bebatuan.

"Tak perlu khawatir jika tak bisa berenang. Sebab, setiap peserta dibekali pelampung, helm, sepatu karet, dan tentunya didampingi pemandu yang siap membantu jika sewaktu-waktu anda perlu bantuan," katanya.

Dulu Angker, Kini Jadi Favorit Wisatawan

Green Canyon sendiri kini jadi favorit wisatawan.

Tahun lalu, katanya, pengunjung yang menikmati kegiatan body rafting mencapai 15 ribu orang.

Hal ini berdampak positif untuk kegiatan ekonomi warga setempat.

Bahkan, perputaran uangnya mencapai Rp 2 miliar.

Hal ini berbanding terbalik dibanding sebelum Green Canyon jadi tempat wisata dan sebelum menyuguhkan body rafting.

Jangankan jadi tempat wisata, warga setempat pun takut untuk masuk ke Green Canyon.

Keseruan di destinasi wisata Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Keseruan di destinasi wisata Cukang Taneuh atau yang terkenal dengan nama Green Canyon di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran. (Istimewa)

"Dulu sebelum jadi tempat wisata, bagi masyarakat di sini, Green Canyon itu adalah tempat angker. Tapi setelah jadi tempat wisata, secara perlahan mulai berkembang dan memberi manfaat bagi warga di sini," jelas Teten.

Bumdes Guha Bau sendiri berusaha terus mengembangkan potensi wisata di Desa Kertayasa.

Rencananya akan dibangun tempat pentas untuk menampilkan ragam kesenian khas daerah.

"Ke depan, kami juga akan mengembangkan Green Coral yang sekarang belum begitu dikelola karena kemarin kondisi sungainya tidak ada airnya akibat kemarau," tutur Teten.

Yang menarik, berbagai pengembangan dan pengelolaan wisata oleh Bumdes Guha Bau sangat fokus pada pemberdayaan masyarakat.

Mayoritas yang dilibatkan adalah para tenaga lokal alias warga setempat.

Hal ini memang berdampak pada lambatnya kemajuan karena tak ada investor luar negeri yang masuk.

Tapi, hal ini membuat warga setempat bisa tetap berdaya di daerahnya sendiri.

"Memang untuk progres terus terang saja pengembangan wisata di desa ini lambat. Tapi, kami punya keyakinan, walaupun lambat tapi dengan keyakinan dan cita-cita yang besar, insya Allah kami bakal mampu. Daripada cepat (dengan kehadiran investor) tapi kita hanya sebagai pembantu, lebih baik jadi pelaku walaupun lambat," kata Teten. (Sam)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved