Waspada, Teror Ular Kobra Hantui Warga, di Purwakarta Indukan Kobra Diduga Masih Berkeliaran
Teror ular kobra menghantui masyarakat di musim hujan ini. Di beberapa daerah Jawa Barat, warga sudah mendapati ada ular kobra berkeliaran.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Theofilus Richard
Ular dan reptil lain ini tak terganggu.
Termasuk ekosistem dan rantai makanan mereka pun stabil dan seimbang.
Namun, seiring berjalanya waktu, populasi manusia semakin bertumbuh banyak.
• Ini Jadinya Saat Ular King Kobra Raksasa Telan Piton, Berdesis Tak Mau Diganggu Perut Kembang Kempis
Salah satu penyebab populasi manusia jadi banyak adalah karena tak ada predator yang memburu manusia.
Semakin lama, manusia membutuhkan tempat untuk tinggal.
Manusia pun, lanjut Panji, membuka lahan untuk tinggal.
Tak hanya itu, manusia juga membuka lahan untuk kepentingan tertentu seperti jalan, industri, dan lain sebagainya.
Pembukaan lahan tersebut, menurut Panji, tentu menganggu ekosistem yang ada.

Rumah bagi para hewan akhirnya tergusur oleh pembukaan lahan manusia.
"Hewan tersebut pontang-panting ke sana ke mari mencari rumah baru untuk mereka. Ketika terciduk ditemukan manusia, manusia akan membunuhnya, manusia menganggap mereka adalah hewan berbahaya," ujar Panji Petualang.
Dia menjelaskan, kerusakan habitat itulah yang menjadi faktor utama mengapa ular masuk ke permukiman.
Lalu ada juga faktor lain.
• Detik-detik Ular King Kobra Raksasa Telan Piton, Berdesis Tak Mau Diganggu, Perut Kembang Kempis
Faktor lain ular masuk ke permukiman adalah karena kerap ditemukan tikus di sekitar rumah-rumah warga.
Tikus adalah makanan pokok dan makanan yang paling disukai oleh ular.
Beberapa kobra dan jenis ular lainnya menyukai tikus.
"(Akhirnya) mereka masuk ke permukiman untuk memburu tikus," kata Panji.