Terpopuler
Pembunuh Bayaran Menyamar dan Incar Nyawa Soeharto, Kedoknya Terbongkar karena Tien Curiga
Ia kerap was-was karena Soeharto rawan dibunuh setelah mengisi jabatan yang ditinggalkan Ahmad Yani.
Hal tersebut dilakukan Tien Soeharto secara nekat.
"Maka saya nekad saja untuk pulang karena saya gelisah dan tidak betah lebih lama di rumah sakit.
Saya pikir, nanti kalau terjadi hal-hal yang lebih gawat anak-anak di rumah, saya di RS, nanti saya tidak bisa berbuat apa-apa." tulis Bu Tien dalam buku otobiografinya.
• Soal Fakta di Balik Film G 30 S PKI, Amoroso Katamsi Pemeran Soeharto Sebut Ada Perbedaan Pendapat
• Kisah BJ Habibie Ditolak Temui Soeharto, Ini Penuturan Sang Ajudan Khusus Untuk Tribun
Kemudian, Tien Soeharto membawa Tommy pulang ke rumah diantar adik Soeharto, Probosutedjo dan ajudan yang bernama Wahyudi.
Saat itu, Probosutedjo meminta izin Tien Soeharto untuk membawa senjata api.
"Saya minta permisi pada ibu apakah boleh senjata-senjata yang ada di rumah, kita bagi pada Ibnu Hardjanto dan Ibnu Hardjojo. Ibu setuju. Saya sendiri pegang dua jenis senjata," kenang Probosutedjo.
Ketika sampai di rumah, tak ada sosok Soeharto.
Ternyata, Soeharto masih berada di markas Kostrad.

Soeharto memberi amanat kepada pengawalnya agar sang istri dan anak diungsikan ke rumah ajudan di Kebayoran Baru.
Ketika berada di rumah ajudannya, Tien Soeharto tambah gelisah.
Ada kabar yang menyebut seorang anak perempuan mengaku sebagai anak Soeharto.
Ia sedang mencari sang ayah.
"Waktu saya di pengungsian, tiba berita dan diberitahukan kepada saya bahwa ada seorang anak perempuan sedang mencari ayahnya yang bernama Soeharto. Ia sedang menunggu di rumah Chaerul Saleh," tutur Tien.