Puluhan Makam di Garut Terpaksa Dibongkar, Hujan Mulai Picu Longsor dan Tanah Bergerak

Hujan yang turun sejak beberapa hari lalu di sejumlah wilayah di Jawa Barat mulai memicu longsor dan pergerakan tanah.

Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/Firman Wijaksana
Warga Kampung Sukasari, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikajang membungkus kembali jenazah yang digali karena area makam terkena retakan tanah, Rabu (30/10/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana dan Firman Suryaman

TRIBUNJABAR.ID, GARUT - Hujan yang turun sejak beberapa hari lalu di sejumlah wilayah di Jawa Barat mulai memicu longsor dan pergerakan tanah.

Di Garut, pergerakan tanah membuat warga terpaksa membongkar puluhan kuburan dan memindahkannya ke lokasi yang aman.

Pembongkaran dan pemindahan puluhan makam dilakukan warga secara bergotong-royong, Rabu (30/10/2019).

Makam-makam yang dibongkar berada di permakaman umum Kampung Sukasari, Desa Mekarsari, Kecamatan Cikajang.

Mereka terpaksa memindahkan makam karena tanah di sekitar tempat permakaman mulai retak-retak akibat pergerakan tanah.

Makam tersebut terletak di pinggir tebing. Di sekeliling makam terdapat kebun bambu dan lokasinya juga tak jauh dari Sungai Cikuray.

Isak tangis mewarnai pembongkaran dan pemindahan makam-makam ini. Banyak di antara jasad yang kuburannya dibongkar sudah tinggal tulang belulang.

Sebagian bahkan sudah dimakamkan di tempat itu sejak puluhan tahun yang lalu.

Daftar Formasi CPNS 2019 di Pemkot Bandung, Garut hingga Tasik, Lengkap Juga Formasi di Kementrian

Rustandi (48), warga Kampung Sukasari, mengaku sempat merasa berdosa karena harus membongkar kuburan dan memindahkan jasad ayah dan kakaknya yang sudah tinggal tulang belulang.

Dibantu warga sekitar, ia mengangkat jenazah keluarganya yang sudah puluhan tahun dikubur.

Saat mengangkat kerangka ayahnya, Rustandi tak kuasa menangis. Ia tak menyangka, peristirahatan terakhir ayahnya harus dibongkar. Tak pernah terpikir untuk memindahkan makam ayah dan kakaknya.

"Disuruh sama Pak Haji (ustaz setempat, Red) untuk pindahkan makam. Soalnya takut nanti ada longsor," ujar Rustandi setelah selesai memindahkan kerangka ayahnya.

Makam ayah dan kakak Rustandi berada di pinggir tebing. Retakan-retakan tanah sudah terlihat di sekelilingnya.

Lebar retakannya bervariasi, antara lima hingga 30-an sentimeter.

Rustandi mengatakan, pergerakan tanah sudah terjadi sejak pekan lalu.

Pemindahan makam dilakukan warga sejak Selasa (29/10/2019). Kemarin, hampir semua makam sudah dibongkar. Permakaman baru berada di tanah wakaf, sekitar satu kilometer dari lokasi lama.

Retakan-retakan tanah ini, menurut Rustandi, juga membuat warga khawatir.

"Takut retakannya melebar ke rumah. Sekarang, kan, baru di area makam sama kebun. Tapi terus memanjang dan melebar retakannya itu," katanya.

Abdurrahim, Ketua RW 4, Kampung Sukasari, mengatakan, awalnya warga merasa curiga karena fondasi di makam keluarga mereka ambles beberapa sentimeter.

VIDEO-Polisi Ungkap Prostitusi Online Gadis di Bawah Umur di Tasikmalaya, Pesan Lewat Aplikasi

"Fondasinya turun lebih dari 10 sentimeter. Terus ada makam yang retak juga. Retakan setiap hari terus melebar dan bertambah panjang," ujar Abdurrahim.

Lebar retakan awalnya hanya sekitar dua sentimeter. Namun, dalam waktu singkat lebar retakan bertambah.

"Sekarang lebarnya sudah 30-an sentimeter dan kedalamannya sekitar tiga sampai empat meter. Panjangnya sudah 300-an meteran. Makanya makam dipindahkan, khawatir nantinya ada longsor," ucapnya.

Abdurrahim mengatakan, sudah 20 makam yang dipindahkan oleh warga sejak Selasa. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan pihak kecamatan sudah meninjau. Untuk sementara belum ada warga yang mengungsi.

"Di RT 3/4 saja ada 50 rumah yang terdampak. Terus di RW 5 ada delapan rumah. RW 5 lokasinya persis di bawah makam ini," katanya.

Teteng Ahmad Faqih, perangkat Desa Mekarsari, mengatakan, meminta warga meningkatkan kewaspadaannya. Sejauh ini, belum ada warga yang mengungsi.

"Baru makam saja yang dipindahkan. Cuma jarak rumah ke makam itu paling 50 meter. Makanya warga khawatir bisa ada longsor kalau hujan turun," ucap Teteng.

Sebelumnya, retakan tanah juga terjadi di Kampung Malongpong, Desa Karangmukti, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya.

Vina Garut Video Panasnya Lawan 3 Pria Viral, Lalu Mantan Suami Meninggal, Begini Kabarnya Sekarang

Relawan BPBD Kecamatan Salawu, Udan Taufik, mengatakan, beberapa rekahan berada di jalan desa dan saluran irigasi.

"Tanah itu kering selama kemarau dan timbul retakan. Begitu ada hujan turun, langsung merekah dan khawatir menimbulkan longsor. Untung tidak ditemukan di kawasan permukiman," kata Udan, pekan lalu.

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tasikmalaya, Wawan Effendi, mengatakan, musim hujan sesuai perkiraan BMKG akan dimulai bulan November.

"Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki banyak lokasi rawan longsor karena kondisi geografisnya berupa pegunungan, termasuk wilayah Kecamatan Salawu. Kami sudah meminta aparat kecamatan hingga desa agar mulai waspada terhadap munculnya bencana di musim hujan," ujar Wawan.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved