Malagnya Siswi SMPN 40 Makassar Ini, Putus Sekolah Gara-gara Tak Sanggup Beli Batik Seharga 1 Juta

Seorang siswi SMP ini harus putus sekolah lantaran tak sanggup membeli batik yang seharga 1 juta rupiah, begini nasibnya.

Editor: Hilda Rubiah
muslimin emba/tribun-timur.com
Rini Ayu Lestari (15) siswi kelas I SMPN 40 Makassar didampingi ibunya Dg Ti'no saat ditemui di rumahnya, Jl Taman Gosyen II, Makassar, Minggu (27/10/2019) sore. 

"Tidak lansung'ja berhenti itu hari, sempat'ja lagi ke sekolah, tapi bukan hari Rabu sama Kamis. Tapi ada juga temanku sering pukuli pertuku kalau lewatka di dekatnya, jadi tidak mauma pergi sekolah," ujarnya.

Rini pun menghabiskan hari-harinya dengan menjadi pengasuh adik bungsunya yang baru berusia delapan bulan.

Memasuki sebulah tidak menginjakkan kaki di sekolah, pihak sekolah yang diwakili guru BK kelas satu, Diah, menyambangi Rini di rumahnya.

Sang guru menanyakan alasan Rini tidak lagi ke sekolah.

Sang ibu (Dg Ti'no) yang menemui ibu Diah, pun menjelaskan alasan putri sulungnya tidak lagi menginjakkan kaki di sekolah.

"Jumat lalu kalau tidak salah guru B-Knya (Ibu Diah) datang kesini, dia tanyaka kenapa Rini tidak pergi sekolah. Jadi saya bilangmi, belumpika sanggu bayar seragamnya yang Rp 800 ribu, tapi gurunya bilang suruh'mi datang bisaji itu dikomunikasikan," terang Daeng Ti'no.

Rini pun dibujuk untuk kembali melanjutkan sekolahnya. Namun bocah 15 tahun itu kukuh tidak menginjakkan kaki di sekolah.

Runutan Peristiwa Lahirnya Sumpah Pemuda, Diawali Munculnya Organisasi Pemuda hingga Jadi Pergerakan

Alasannya, tidak ingin membebani kedua orang tuanya yang dalam kondisi kesulitan ekonomi.

"Dibujuk'ji itu hari sama gurunya ini Rini, bilang ke sekolahmi lagi. Tapi, ini anak (Rini) nabilang ke saya janganmi dulu mama, kalau tidak ada uangta, malu-maluka juga. Jadi saya bilangmi, iya pale nak, adapi uangku lagi baru lanjutko," ungkap Daeng Ti'no.

Senada yang diungkapkan Daeng Ti'no, Diah guru BK Rini di SMPN 40 menuturkan, pihaknya masih membuka ruang agar Rini dapat kembali melanjutkan pendidikannya.

"Sudah saya tanya mamanya (Daeng Ti'no) itu hari, bilangka suruhmi kembali sekolah anak'ta, kalau masalah pembayarannya itu bisaji dikomukasikan sama koperasi, bisa'ji dibayar sedikit-sedikit," kata Diah.

Daeng Ti'no mengaku pasrah atas kondisi yang dialami. Ia yang keserhariannya hanyalah seorang buruh cuci pakaian mengaku tidak dapat berbuat banyak.

"Mau'mi diapa, karena tidak ada sekalimi juga uangku lunasi seragamnya yang maaih ada Rp 800 ribu, karena baru Rp 300 ribu bisa kubayar itu hari waktu pertama-pertama masuk," kata Daeng Ti'no.

Upah menjadi buruh cuci di komplek Perumahan Taman Gosyen Indah sebesar Rp 500 ribu per bulan, kata Daeng Ti'no hanya cukup untuk biaya makan sehari-hari.

Vina Garut Sakit, Begini Kondisinya Setelah Video Panas Lawan 3 Pria Viral dan Mantan Meninggal

Terlebih kondisi suaminya Muhlis, yang sudah tiga pekan tidak keluar rumah lantaran tidak mendapat ajakan menjadi buruh bangunan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved