Mengenal Situ Jambansari, Mata Air yang Tak Pernah Berhenti Mengalir Meski Musim Kemarau
Meski berada di pusat keramaian Ciamis Kota, situ yang berada di komplek Situs Makam Jambansari ini airnya tetap melimpah.
Penulis: Andri M Dani | Editor: Theofilus Richard
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Andri M Dani
TRIBUNJABAR.ID, CIAMIS – Meski berada di pusat keramaian Ciamis Kota, situ yang berada di komplek Situs Makam Jambansari ini airnya tetap melimpah.
Tidak begitu surut meski keramau panjang sudah menyengat lebih dari empat bulan lalu.
Airnya jernih, terlihat jelas ikan lalu lalang di dalamnya. Tapi jangan bayangkan Situ Jambansari seperti luasnya Situ Gede di Tasikmalaya, atau Situ Wangi di Kawali maupun Situ Lengkong di Panjalu.
Situ yang berada di sisi komplek Situs Makam Jambansari tak lebih hanya sebuah kolam yang cukup luas.
“Tapi airnya selalu mengalir, sumbernya dari mata air alam langsung. Sepengetahuan saya tidak pernah kering. Meski betapa terik dan lamanya musim kemarau,” ujar Ketua RT 03 RW 27 Lingkungan Lembur Situ Kelurahan Ciamis, Didih Mardiana (60) kepada Tribun Jumat (4/10/2019).
• Maulana Meninggal saat Ikut Demo di Gedung DPR RI, Penyebabnya karena Asma, Polisi Beri Uang Duka
Namun menurut Didih, air Situ Jambansari ini tidak digunakan oleh masyarakat umum baik untuk kegiatan mandi cuci maupun untuk sumber air bersih.
"Tapi air situ ini meresap ke sumur-sumur yang berada di sekitar komplek Situs Jambansari, termasuk di RT saya. Meski kemarau, sumur tetap berair,” katanya.
Biasanya air Situ Jambansari tersebut digunakan untuk ritual turun mandi terutama bagi anak-anak yang jadi penganten sunat.
Dari situ yang bening dan jernih itulah air mengalir ke sejumlah kolam dan hektaran sawah yang berlokasi di Komplek Situs Makam Jambansari dengan luas total areal mencapai sekitar 4 hektare tersebut.
Sejumlah petak kolam yang ada di komplek peninggalan Kanjeng Prebu RAA Kusumaningrat (Bupati Galuh), tak hanya berisi ikan tetapi juga tumbuh bunga teratai bewarna merah dan warna putih.
“Musim kemarau, sawah di komplek situs ini tetap ditanami padi. Tiap tahun bisa nanam padi tiga bahkan sampai empat kali. Alhamdulillah airnya selalu ada. Sumbernya dari mata air situ (jambansari),” ujar Rd Adi bin Rd Toyo Jayakusumah, keturunan ke-6 Kanjeng Prebu.
Meski kawasan Pusat Kota Galendo tersebut sudah berdiri banyak bangunan, namun suasana alami di Komplek Situs Jambansari ini tetap terjaga.
Mata airnya juga relatif tetap terjaga.
“Dalam musim kemarau panjang seperti sekarang ini mata air Jambansari tetap mengalir. Kolam-kolam dan sawahnya tetap berair,” katanya.