Roh Bima dan Ayu Masih Gentayangan, Terseret Dimensi Gaib, Indigo Cantik Tembus ke KKN Desa Penari
Indigo cantik Frislly Herlind menelusurui lokasi KKN Desa Penari. Dia menemukan roh dua tokoh cerita itu masih ada, terseret dimensi gaib.
Roh Sosok Bima dan Ayu Masih Gentayangan, Keseret Dimensi Gaib, Indigo Cantik Tembus ke Kampung KKN Desa Penari
TRIBUNJABAR.ID - Kisah horor KKN Desa Penari masih banyak menyisakan cerita misteri.
Para pencinta cerita horor dan para petualang pun tak henti-hentinya menguak lokasi atau pun fakta cerita mistis KKN Desa Penari.
Sejak dibahas oleh YouTuber Raditya Dika beberapa waktu yang lalu, mau tak mau misteri dibalik kisah KKN Desa Penari pun menjadi tambah viral hingga membuat penasaran.
Dirahasiakannya tempat dan tokoh asli oleh penulis, mau tak mau membuat masyarakat Indonesia mencari kisah di balik cerita KKN Desa Penari ini.
• TERUNGKAP Lokasi Sebenarnya KKN di Desa Penari, Narasumber Singgung Sesepuh Dusun Berinisial J
Meski penulisnya akun Twitter @SimpleM81378523, sudah mengatakan bila lokasi dan nama tokoh cerita KKN Desa Penari itu memang sengaja dirahasiakan, namun hal itu justru banyak memacu beberapa oknum untuk membongkar fakta yang ada.
Contohnya saja, tentang roh Bima dan Ayu yang diketahui hingga kini masih ada di lokasi KKN Desa Penari.
Fakta baru ini diungkap anak indigo Frislly Herlind soal cerita KKN Desa Penari yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
Menurut Frislly Herlind, roh dua tokoh di kisah KKN Desa Penari yang meninggal dunia hingga saat ini masih ada di desa tersebut.
Hal itu disampaikan Frislly Herlind di Youtube Gritte Agatha.
Dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube tersebut Sabtu (7/9/2019), Frislly Herlind mengaku sudah mengulik cerita itu sendiri.
"Aku nembusinnya udah bukan lewat cerita, tapi aku tidur dulu terus jalan-jalan ke sana (desa yang dimaksud)," kata Frislly Herlind.
Kemudian Gritte Agatha pun menanyakan soal keaslian dari cerita tersebut.
• Kisah Horor KKN Desa Penari Dijadikan Buku, Akun Twitter SimpleMan Justru Beri Pengakuan Mengejutkan
"Kalau dari kejadian atau yang dialami sama beberapa orang itu benar-benar cerita nyata," kata Frislly Herlind.
Namun ia mengaku kalau akun Simple Man menulis cerita itu di Twitter dengan diberi bumbu agar lebih menarik.
Menurut Frislly Herlind, Desa tersebut sebenarnya memang ada namun namanya bukanlah Desa Penari.
Bahkan ia mengaku sudah menembus ke desa tersebut, desa itu memang auranya sangat gelap.
"Tapi aku ngerasanya, kenapa ini tempat emang auranya gelap banget, karena untuk masuk ke desa ini kita harus melewati hutan, terus desa ini deket banget sama bawah kaki pegunungan gitu, jadi emang untuk kita lihat lampu itu jarang, warga di sana emang terbiasa sama kegelapan," ungkapnya.
Bahkan, ia pun takut jika harus masuk ke sana lagi meski ia seorang indigo.
Roh Bima dan Ayu masih ada
Menurut Frislly Herlind, dua tokoh di KKN Desa Penari ini sebenarnya bukan menjadi tumbal.
"Kalau dari versi Frislly nih ya, aku nggak melihat mereka berdua menjadi tumbal, tapi mereka berdua ini keseret ke dimensinya mereka (gaib), kan dimensi kita sama dimensi gaib itu bersebelahan, jadi kalau jiwa kita ada di sini tapi rohnya ke rumah dia dan gak bisa balik, otomatis kelepas dan jiwanya kosong sehingga bisa meninggal," jelas Frislly Herlind.
Bahkan, ia menyebut kalau roh kedua tokoh itu masih ada di sana.
"Jadi rohnya si dua orang ini yang aku lihat masih di desa, sampai sekarang, jadi emang pas aku nembusin aja kayak oh oke, dan memang kenapa mereka bisa keseret di sana karena emang negatif," kata Frislly Herlind lagi.
"Emang mereka auranya negatif?," tanya Gritte Agatha.
• Kata Anak Indigo soal KKN di Desa Penari, Mengaku Takut ke Sana Lagi dan Lokasinya di Kaki Gunung
"Laki-lakinya, sorry to say, bahkan dia punya pikiran yang lumayan jorok ke cewek-cewek yang ada di sana," ungkap Frislly Herlind lagi.
Menurutnya, jiwa dari kedua tokoh itu disimpan di dimensi sana.
"Jiwanya itu disimpan di dimensi mereka, kalau di cerita KKN Desa penari ini kan jinnya menyerupai cewek cantik, memang cantik sih, tapi dia ular, di lain sisi dia kayak punya kerajaan. Jadi mungkin merekanya dikunci di sana," jelas Frislly Herlind.
Lokasi Asli terungkap
Fakta tentang cerita KKN Desa Penari ini juga diungkap oleh salah satu budayawan.
Beberapa waktu lalu melalui channel YouTube Cakwer Channel, diungkalah sebuah fakta lokasi KKN Desa Penari yang merupakan seorang budayawan setempat.
Saat diwawancara, pria tersebut terlihat mengenakan pakaian warna hitam bertuliskan Forum Budaya Purnama di bagian dada sebelah kiri.
Budayawan itu mengungkapkan bahwa benar ada sebuah situs purba yang disakralkan, lokasinya di pinggir hutan dan jauh dari pemukiman.
Daerahnya memang dikelilingi oleh hutan, dan masih banyak hewan sejenis kera yang berkeliaran.
Lokasi desa tersebut berjarak sekitar 2 KM dari desa Kemiren, Banyuwangi.
Sama seperti dalam cerita KKN di Desa Penari, budayawan tersebut mengungkap bila adanya sebuah makam yang dihiasi kain-kain sesuai dengan cerita.
Kain tersebut awalnya berwarna putih namun karena kotor kini berubah menjadi hitam.
"Awalnya kainnnya putih, karena kotor jadinya hitam," ujar pria yang mengenakan kaus Forum Budaya Purnama itu.

Saat ditanya soal kebenaran bahwa kampung itu pernah digunakan untuk KKN, pria itu mengaku tidak mengetahui pernah atau tidaknya kegiatan tersbeut dilakukan di desa itu.
Namun pria itu amat meyakini, ciri-ciri lokasi sesuai dengan desa yang ada di cerita KKN di Desa Penari.
"Kalau KKN belum tahu. Kalau saya meyakini ciri-cirinya sama dengan yang saya maksud ini," kata pria itu.
Budayawan itu pun lantas menyebut beberapa kesamaan ciri-ciri desa yang dimaksud.
Termasuk pula soal penari 'gaib'
"Pondasinya, batunya, sumber airnya, terus disakralkan, penari yang gaib yang dalam hari-hari tertentu itu kelihatan oleh orang-orang tertentu juga," jelasnya.
Tak hanya mengaku bila lokasi tersebut amat mirip dengan cerita KKN di Desa Penari, namun budayawan tersebut menyebut juga pernah mengalami hal yang tak masuk akal.
Ia mengaku pada malam hari pernah mendengar suara musik gamelan di lokasi tersebut.
Budayawan tersebut juga menceritakan, di desa itu dulunya pernah ada seorang sesepuh yang ahli dalam pengobatan nonmedis.
• Teka-teki Lokasi KKN di Desa Penari, Muncul Lagi Dugaan Kampung Horor Itu, Lihat Videonya
Namun diketahui sesepuh tersebut telah meninggal dunia.
"Di sana itu dulu ada seorang sesepuh, tapi sudah meninggal. Inisialnya J," katanya.
"Sesepuh itu, spiritualnya tinggi, penyembuh dari penyakit nonmedis itu luar biasa," tuturnya.
Kemudian, diceritakan pula kebiasaan sesepuh tersebut yang kerap menyuguhkan kopi kepada para tamunya.
"Biasanya dia akan selalu menyuguhkan kopi bagi tamunya," kata pria berkacamata tersebut.
Ia juga menjelaskan, kalau sesepuh tersebut mengharuskan setiap tamunya meminum kopi tersebut, meski hanya seteguk.
Sama seperti di dalam cerita, kopi tersebut disebut-sebut sebagai media sang sesepuh untuk mengobati pasiennya yang menderita penyakit nonmedis.
Tak sampai situ, sangking misterinya cerita KKN di Desa Penari ini, banyak beberapa pihak yang ingin menguak dimana lokasi tepatnya KKN di Desa Penari tersebut.
Sebab dalam cerita KKN di Desa Penari, hanya memberikan informasi bahwa lokasi tersebut berada di Desa D.
Karenanya banyak yang masih penasaran dimana letak lokasi asli Desa D itu.
Budayawan itu pun lantas menyebut bila Desa D yang dimaksud ialah Kampung Dukuh.
"Inisialnya D, namanya kampung Dukuh itu," ungkap pria tersebut.
Pria berambut ikal itu merasa yakin bahwa desa yang ia maksud ciri-cirinya sesuai dengan apa yang ada di cerita.
"Di desa itu ada selendangnya, sumber airnya, ada batu yang disakralkan, ada situs bekas pendopo, terus penari-penari gaib, suara gamelan gaib itu ya di situ (Desa Dukuh) itu. Semua masyarakat tahu," pungkas pria berkaus Forum Budaya Purnama itu.
Artikel ini telah tayang di sripoku.com dengan judul Roh Bima dan Ayu Disebut Masih Ada hingga Sekarang, Rahasia Lokasi KKN Desa Penari yang Asli Terkuak, https://palembang.tribunnews.com/2019/09/21/roh-bima-dan-ayu-disebut-masih-ada-hingga-sekarang-rahasia-lokasi-kkn-desa-penari-yang-asli-terkuak?page=all.
Penulis: Shafira Rianiesti Noor
Editor: Rizka Pratiwi Utami