Sejarah Jembatan Cimanuk Indramayu, Dibangun di Zaman Belanda dan Sudah Tiga Kali Ganti Nama

Siapa yang mengira ternyata Jembatan yang berada di pusat Kota Indramayu ini memiliki kisahnya tersendiri,

Editor: Ichsan
tribunjabar/Handhika Rahman
Jembatan Cimanuk Indramayu 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Handhika Rahman

TRIBUNJABAR.ID, INDRAMAYU - Siapa yang mengira ternyata Jembatan yang berada di pusat Kota Indramayu ini memiliki kisahnya tersendiri, khusunya dalam pembangunan Kabupaten Indramayu dari masa ke masa.

Jembatan itu kini lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Cimanuk, lokasinya hanya berjarak sekitar 50 meter dari Alun-alun Indramayu.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Indramayu, Dedy S Musashi mengatakan, Jembatan Cimanuk sudah berganti nama sebanyak 3 kali.

Dikisahkan dia, jembatan tersebut pertama kali dibangun pada tahun 1900-an, konstruksi bangunan jembatan pun sangat khas dengan konstruksi negeri Belanda, masyarakat kala itu menyebutnya dengan nama Kreteg Gantung.

"Pada masa pemerintahan Hindia Belanda dalam catatan Residen Cirebon wilayah Kota Indramayu pada tahun 1873 itu terbelah menjadi dua yang dipisahkan oleh Sungai Cimanuk," ujar dia saat ditemui Tribuncirebon.com, Rabu (18/9/2019).

Angin Kencang Robohkan Lapak Es Kelapa Muda di Kota Cimahi, Beruntung Penjualnya Tak Ada di Tempat

Dahulu, sebelah timur Sungai Cimanuk adalah wilayah kekuasaan Bupati dengan asisten residen. Sedangkan di sebelah barat Sungai Cimanuk merupakan kekuasaan kolonial Belanda yang oleh masyarakat dahulu disebut administrator.

Sementara itu, baik pribumi maupun penjajah untuk menyebrang ke wilayah seberang masih harus mengandalkan perahu atau yang waktu itu disebut jukung.

Untuk mempermudah akses dari timur dan barat ini, kolonial Belanda membangun sebuah jembatan yang dinamakan Kreteg Gantung karena kontruksinya yang seperti menggantung.

Memasuki tahun 1930-an, nama Kreteg Gantung masih populer di kalangan masyarakat, kala itu aktivitas Padukuhan Cimanuk atau yang sekarang pusat kota Indramayu mulai mengalami perkembangan baik dari sisi populasi penduduk maupun aktivitasnya.

Baik pada sisi sebelah timur maupun barat Sungai Cimanuk juga sudah berdiri sekolahan, kantor, dan rumah-rumah para kolonial Belanda.

Selanjutnya, memasuki masa kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tahun 1960-an masyarakat lebih mengenal jembatan ini dengan nama Kreteg Sorog.

Hal itu dikarena jembatan ini berubah konstruksinya dari yang semula mengantung, berubah menjadi jembatan yang memiliki tiang penyangga dengan landasannya adalah papan berjajar.

"Saat namanya Kreteg Sorog, jembatan ini bisa dibuka tutup karena sebagai akses kapal-kapal melintas," ucapnya.

Hutan Jati Terbakar di Purwakarta, Warga Lalu Temukan Jasad Pria Terbakar

Dedy S Musashi menceritakan, Sungai Cimanuk juga dikenal sebagai jalur transportasi perniagaan, di sana dahulunya menjadi bandar atau pelabuhan besar dan ternama di Pulau Jawa.

Sumber: Tribun Jabar
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved