Eko Herry Waluyo Sulap Limbah Styrofoam Jadi Karya Seni, Dikirim ke Malaysia dan Singapura

Eko Herry Waluyo yang telah bergerak di dunia limbah styrofoam selama 10 tahun.

Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati
Eko Herry Waluyo (54) menunjukkan hasil karya daur ulang styrofoam di Aula Taruna Bakti, LL RE Martadinata No 52, Kamis (12/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Puluhan murid SD Taruna Bakti terlihat begitu teliti menempelkan clay berwarna abu-abu yang terbuat dari limbah styrofoam di sebuah kertas bergambar badak.

Di samping kertas tersebut, disediakan cat warna-warni yang digunakan untuk mewarnai hasil karyanya.

Beberapa murid perempuan SD Taruna Baktitampak begitu berhati-hati ketika menempelkan clay. Setiap potongan clay dipotong lagi sedikit demi sedikit untuk menutupi ruang kosong pada gambar badak.

Berbeda halnya dengan murid laki-laki, beberapa di antara mereka tampak gemas ketika memasang clay dan tidak mempedulikan kerapian dari clay yang ditempelnya.

Suasana tawa dan canda menghiasi kegiatan kelas seni kreatif yang diadakan oleh PT Trinseo Material Indonesia, perusahan global yang fokus sebagai produsen plastik, lateks, dan karet.

Presiden Direktur PT Trinseo Material Indonesia, Hanggara Sukandar mengatakan kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk menjaga lingkungan secara lokal maupun global.

Seniman daur ulang styrofoam, Eko Herry Waluyo, saat membimbing murid di SD Taruna Bakti di Aula Taruna Bakti, LL RE Martadinata No 52, Kamis (12/9/2019).
Seniman daur ulang styrofoam, Eko Herry Waluyo, saat membimbing murid di SD Taruna Bakti di Aula Taruna Bakti, LL RE Martadinata No 52, Kamis (12/9/2019). (Tribun Jabar/Putri Puspita Nilawati)

Ngabuburit di Taman Sabilulungan Pemkab Bandung Sambil Melukis di Styrofoam

Krisis Air Bersih, Warga Sipatahunan Pakai Air yang Ada Sampah Plastiknya dan Styrofoam

"Pembuangan sampah dengan cara yang tepat dan adanya kebutuhan untuk mendaur ulang sampah. Trinseo hadir untuk membimbing generasi muda tentang pentingnya mendaur ulang sampah menjadi hal yang bermakna," ujar Hanggara saat ditemui di Aula Taruna Bakti, L.L RE Martadinata No 52, Kamis (12/9/2019)

Didampingi seorang aktivis lingkungan sekaligus seniman daur ulang styrofoam, Eko Herry Waluyo (54), anak-anak tersebut banyak bertanya soal clay yang mereka gunakan.

Ya, clay yang dibuat dari limbah styrofoam ini dibuat oleh Eko Herry Waluyo yang telah bergerak di dunia limbah styrofoam selama 10 tahun.

Ia mengatakan styrofoam selama ini dikenal sebagai pembungkus makanan, menimbulkan masalah yang cukup memprihatinkan bagi lingkungan.

Banyak yang tidak mengetahui nilai ekonomi yang didapat dari mendaur ulang styrofoam sehingga styrofoam diabaikan begitu saja dan sampahnya dibiarkan menumpuk.

"Styrofoam itu nggak bisa diolah dan ketika dijual nggak laku, pemulung enggak mau nerima. Di Jakarta, saya mengolah bank sampah dan banyak ditumpuk dan menghabiskan lahan. Kalau dibakar bisa merusak lapisan ozon, oleh karena itu saya daur ulang menjadi karya seni," ujar Eko Herry Waluyo.

Pedagang Styrofoam Bingung, Tetap Jualan Takut Melanggar, Tak Jualan Merugi

Kisah Jadiansyah Evo: Delapan Tahun Riset, Ubah Styrofoam Menjadi Patung dan Tanah

Ide membuat clay dari limbah styrofoam didapatkan Eko Herry Waluyo dari warisan orangtuanya yang dahulu suka menambal asbes bocor menggunakan styrofoam.

Bahkan Eko mengatakan jika limbah styrofoam ini justru lebih kuat dbandingkan menggunakan lem biasanya.

Cara membuat lem dari limbah styrofoam ini cukup mudah, yaitu limbah styrofoam yang sudah dibersihkan lalu disiram dengan bensin sehingga meleleh.

Selanjutnya siapkan koran yang sudah dicampur air sehingga bentuknya seperti bubur.

Lalu campurkan lelehan limbah styrofoam dengan bubur koran dan talek resin.

Supaya tidak 'bubur' itu tak kental bau bensin, kata Eko Herry Waluyo, bisa ditambahkan pewangi pakaian.

"Gerakan stop menyampah ini dilakukan dengan cara seperti ini dan melalui edukasi ke sekolah-sekolah diharapkan lima tahun kedepan Indoneisa bisa bebas sampah," ujarnya.

Ia menegaskan jangan terus bicara bebas sampah pada 2020 tetapi tidak ada solusi dalam bentuk gerakan.

Menurutnya, melalui gerakan ini bisa ada kesejahteraan yang berimbang anatara kebijakan dan pengusaha.

Limbah olahan Eko Herry Waluyo bisa menjadi karya seni yang bernilai harganya semisal patung, relief, miniatur taman, dan miniatur kapal layar pinisi.

"Hasil karya yang telah saya buat sudah dikirim ke Malaysia, Singapura, dan di-support oleh khususnya Jepang. Kalau saya egois, saya nggak akan tetap di Indonesia. Beberapa kali Cina minta saya ke sana tetapi saya selalu bilang, 'saya hanya untuk Indonesia'," ucapnya.

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved