Wawancara Eksklusif
Wawancara Eksklusif: Istri Aceng Fikri Masih Trauma, Kisahkan Detik-detik Dijaring Petugas Satpol PP
Istri Aceng Fikri mengaku masih trauma. Siti Elina Rahayu merasa para petugas Satpol PP Kota Bandung melecehkannya.
Penulis: Firman Wijaksana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Firman Wijaksana
TRIBUNJABAR.ID, GARUT- Ikut terjaringnya anggota DPD RI Aceng HM Fikri dan istrinya Siti Elina Rahayu dalam operasi yustisi yang dilakukan Satpol PP Kota Bandung, Kamis (22/8/2019) malam, berbuntut panjang.
Istri Aceng Fikri mengaku masih trauma. Siti Elina Rahayu merasa para petugas Satpol PP Kota Bandung melecehkannya.
Ia menangis saat jurnalis Tribun, Firman Wijaksana, secara khusus mewawancarainya di kediaman mereka di kawasan Copong, Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Selasa (27/8/2019).
Sambil terisak, Siti Elina Rahayu menceritakan detik-detik petugas Satpol PP Kota Bandung menjaringnya bersama sang suami, Aceng Fikri.
Apa yang sedang Anda lakukan saat petugas Satpol PP mengetuk pintu kamar?
Sejujurnya, saya enggak tahu ada petugas masuk (ke kamar) karena sudah tidur pulas. Saat terbangun kaget, kok tiba-tiba banyak orang di dalam kamar.
• Sekujur Tubuh Istri Aceng Fikri Digeledah, Sang Suami Pun Bakal Sambangi Komnas Perempuan
• Buntut Aceng Fikri Digiring Satpol PP, DPD RI Kirim Surat ke Wali Kota Bandung, Ini Tujuannya
Reaksi Anda saat melihat banyak orang di dalam kamar?
Saya bengong sambil gemetaran. Ya Allah, ini ada apa? Kaget karena baru bangun spontan. Ada apa ini kok pada masuk.
Setelah bangun, apa yang petugas Satpol PP lakukan?
Mereka minta kartu identitas. Saya kasih itu KTP saya dan suami dalam satu dompet. Memang disimpan di dompet saya.
Saya semakin bingung karena petugas kemudian menyuruh saya ke kamar mandi. Dalam hati ini ada apalagi.
Apa yang dilakukan petugas kepada Anda di kamar mandi?
Saya digeledah dari atas sampai bawah. Seluruh badan dicek sama petugas wanita. Kalau enggak salah ada dua, cuma pastinya saya lupa.
Ada yang pakai sarung tangan dan rambut pendek. Saking banyaknya orang, ya, sudah diikuti waktu digeledah.
Apa alasannya Anda sampai diperiksa di kamar mandi?
Saya enggak tahu. Saya juga heran, kenapa mereka tidak nanya-nanya dulu, tapi langsung main periksa.
Bukan hanya saya, semua barang mulai dari tas, koper, dibuka semua. Penjuru kamar juga diperiksa sama mereka. Bahkan alat salat saja sampai dibongkar.
Setelah semua diperiksa, Anda langsung dibawa petugas?
Iya, saya terus terus digiring ke truk Satpol. Sebelum itu handphone saya dirampas petugas, begitu juga KTP saya dan KTP suami.
Saya dipaksa masuk ke truk, padahal saya sudah minta agar kami bisa pakai mobil sendiri saja. Petugas Satpol PP bilang, enggak boleh. Akhirnya kami ikuti.
Dari hotel tempat Anda dan suami menginap, apakah langsung dibawa ke Kantor Satpol PP?
Enggak. Justru itu yang bikin kami lebih kaget. Saat naik truk, kami kira mau langsung dibawa ke kantor Satpol PP.
Kami malah dibawa keliling dulu ke sejumlah hotel yang ada di Kota Bandung selama dua jam. Ada empat hotel yang didatangi. Dalam perjalanan, ya ampun ini disatukan sama banyak orang.
• Wawancara Eksklusif Aceng Fikri Setelah Diciduk Satpol PP Kota Bandung: Istri Saya Sangat Syok
• Wawancara Eksklusif Jeverson, Satpol PP Bandung yang Mengira Aceng Fikri di Hotel Bareng Selingkuhan
Bagaimana perasaan selama berada di truk Satpol?
Saya bingung, kok jadi seperti ini. Di dalam truk saya sangat haus. Terus izin ke petugas mau beli minum dulu, tapi enggak diperbolehkan. Sampai kantor juga saya enggak diperbolehkan beli minum atau dikasih minum.
Kabarnya, Anda sempat sesak napas di truk?
Iya. Di truk itu saya sesak napas karena (petugas) Satpol PP itu pada merokok. Asapnya kayak disembur-semburin gitu.
Ya ampun sudah saya sesak, kok petugasnya kayak gitu. Suami protes karena tahu saya enggak kuat sama asap rokok. Mereka langsung berhenti.
Berapa lama diperiksa di Kantor Satpol PP?
Saya kurang tahu pastinya tapi sempat menunggu dulu dengan yang lain di satu ruangan. Saya sempat minta untuk dipisahkan ruangan.
Soalnya enggak kenal dengan yang lain. Makin bingung dan gemetaran karena sudah banyak orang di ruangan itu.
Bagaimana cara Anda menjelaskan bahwa Anda dan Pa Aceng terikat dalam hubungan suami-istri?
Awalnya, suami duluan yang dipanggil ke ruangan kabid (kepala bidang). Selang beberapa menit, baru saya yang dipanggil.
Di ruang kabid, saya jelaskan bahwa saya bersama suami. Saya tak bisa perlihatkan bukti karena HP dirampas. Semua dokumen ada di ponsel saya, sementara HP sudah dirampas saat di hotel.
Saya lalu dikasih HP dan KTP, lalu saya perlihatkan dokumen pernikahan kami, ada foto saat akad, foto mulung mantu, resepsi, diperlihatkan semua.
Dari situ baru clear, dibilang oh iya (oleh petugas). Kami bisa buktikan benar-benar suami-istri.
• Giring Mantan Bupati Garut Aceng Fikri Karena Dikira Bersama Wanita Bukan Muhrim, Ini Kata Satpol PP
• Masih Muda, Sosok Istri Aceng Fikri Mantan Bupati Garut Sempat Dikira Bukan Muhrim
Apakah Anda merasa dilecehkan?
Ya jelas lah. Petugas Satpol PP itu enggak memberikan ruang klarifikasi sehingga masyarakat menstigma saya negatif, seolah saya berada di hotel bukan sama muhrimnya. Padahal kami menikah resmi, tercatat di KUA.
Di kantor Satpol sempat diambil foto dan video?
Iya. Saya diambil foto sama video. Kurang tahu juga buat apa mereka ambil foto itu.
Sudah ada permohonan maaf dari Satpol PP?
Sama sekali enggak ada. Saya dan suami yang merasakan dan mengalami. Bahkan saya mau menunjukan cincin yang jelas ada namanya tapi enggak sempat. Alasannya harus cepat-cepat dan nanti jelasin di kantor.
Apakah petugas Satpol PP menunjukkan surat tugas?
Enggak. Padahal, dua kali saya minta waktu di hotel, tapi tidak dikasih. Di kantor juga minta lagi surat tugas, tapi tak diperlihatkan.
Apa langkah selanjutnya yang akan Anda lakukan?
Saya berencana minta antar suami ke Komnas Perempuan karena saya benar-benar sangat dirugikan. Saya seolah-olah berbuat asusila.
Padahal, kenyataan saya di kamar bersama suami sah. Dari kejadian itu saya merasa trauma, takut keluar rumah. Takut saja ke mana-mana. Makan enggak enak, ini pengalaman pertama seumur hidup.
Bagaimana tanggapan keluarga setelah kejadian tersebut?
Mereka jelas tidak terima dengan perlakuan Satpol PP, karena kami enggak ada salahnya. Pernikahan kami tercatat di KUA dan disaksikan kedua orang tua serta keluarga besar.
Semua masyarakat juga tahu. Intinya, kami ingin ada permintaan maaf dari Satpol PP Kota Bandung dan pemulihan nama baik. (*)