Rumah Roboh, Rojak Buruh Serabutan Itu Bingung Tak Punya Biaya, Ibunya Sakit Adiknya Buruh Kecil
Rojak (29), Pemuda asal Kelurahan Maleber, Kecamatan Andir, Kota Bandung kini kebingungan karena sebagian rumahnya roboh
Penulis: Haryanto | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Haryanto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Rojak (29), Pemuda asal Kelurahan Maleber, Kecamatan Andir, Kota Bandung kini kebingungan karena sebagian rumahnya roboh.
Dua ruangan di rumahnya itu roboh ke Sungai Cibeureum yang berada tepat di belakang rumahnya.
Toilet dan dapur rusak parah hingga tidak bisa digunakan lagi, serta bagian ruang tengah rusak terbawa roboh.
Ruangan-ruangan itu pun hancur hingga tidak beratap. Di lokasi tampak sejumlah barang yang terkena debu pascaroboh.
Dia menyebutkan kejadian robohnya rumah yang telah ditinggali lebih dari 10 tahun itu terjadi pada Senin (12/8/2019) sekitar pukul 02.00 WIB.
"Robohnya setelah Iduladha, eggak langsung semuanya roboh, separuh-separuh awalnya mah. Setelah terbilang cukup parah dan bisa mengancam keselamatan keluarga karena ada yang menggantung, saya putuskan untuk merobohkannya lagi," kata Rojak saat ditemui Tribun Jabar di rumahnya pada Rabu (14/8/2019).
• Bus Sekolah Sepi Peminat, 12 Unit Bus Dikandangkan, Mau Dipakai ke Bandara Kertajati Belum Jelas
Dia menduga selain karena aliran air yang sering kali membesar, getaran dari kereta api yang melintas pun membuat rumahnya jadi parah.
Rumahnya yang masuk gang itu memang tidak jauh dari rel kereta api, jaraknya tidak lebih dari 20 meter dari rel.
Bahkan rumah Rojak bisa dibilang rumah tidak layak huni, retakan di tembok serta langit-langit rumah yang lapuk terlihat sangat jelas.
Lalu ditambah dengan adanya lubang pertama di dapur dan belakang rumahnya mulai miring.
Dengan kondisi seperti itu, pria yang akrab disapa Sirod ini mengatakan sempat melapor ke pemerintah setempat.
Pengurus RT dan RW sudah disambanginya untuk meminta bantuan perbaikan rumah yang sudah condong ke arah sungai.
• Truk Bermuatan Tanah Merah Terguling, Satu Lagi Tabrak Pembatas di Jalan Bypass Cicalengka
Namun bantuan tidak kunjung datang dengan alasan tidak ada sertifikat atau surat-surat mengenai kepemilikan sah rumah tersebut.
Pihak kelurahan pun tidak bisa memberikan bantuan lebih atau tindakan lebih lanjut karena dengan alasan yang sama.
"Tapi tidak ada lanjut lebih, karena katanya gak ada sertifikat rumah, padahal saya sempat mengajukan surat kepemilikan rumah. Katanya sulit karena berada di bantaran sungai, tapi tetangga ada yang punya surat-surat tersebut," ujar dia.
Di rumah yang sangat sederhana itu, dia tinggal bersama ibunya, Sutarsih (64) dan adiknya Asep Saepudin (24). Sedangkan ketiga kakaknya sudah tinggal berjauhan karena telah memiliki keluarga.
Dia kini mengaku kebingungan untuk memperbaiki rumahnya tersebut, karena kesulitan biaya.
Sebagai tulang punggung keluarga, dia hanya bekerja serabutan yang tidak menentu penghasilannya.
Sedangkan adiknya baru bekerja di sebuah mini market dengan gaji yang terbilang pas-pasan.
Selain itu ibunya yang sudah sepuh, kini tidak lagi berjualan karena penyakit asam urat yang telah dideritanya sejak empat tahun lalu.
Penyakitnya itu membuat Sutarsih sulit untuk berjalan kaki, bahkan untuk berdiri pun perlu bantuan anak-anaknya.
"Untuk kehidupan sehari-hari ya mengandalkan dari penghasilan saya dan adik, ada bantuan juga ke ibu setiap bulannya dari yayasan. Tapi jika ada kebutuhan mendesak ya terpaksa hutang sana sini," ucapnya.
Setelah sebagian rumahnya roboh tergerus air sungai, teman-teman Sirod yang prihatin pun menviralkannya di sosial media.
Setelah viral, berbagai instansi, dinas terkait di kota Bandung serta pemerintahan setempat pun berbondong-bondong mendatangi rumah yang telah roboh itu.
Mulai dari pihak Kelurahan Maleber, Dinas Sosial, Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Pertanahan dan Pertamanan Kota Bandung serta instansi lainnya berdatangan sejak pagi.
• Lokasi Perekaman Video Gangbang Vina Garut, Disebut-sebut di Kamar Hotel, Pelakunya Sudah Ditangkap
Berbagai bantuan berupa materi berupa uang, barang-barang dan makanan serta moril pun terus berdatangan.
"Tapi untuk bantuan perbaikan rumah belum ada sih ke saya pribadi mah, katanya baru akan ditindaklanjuti saja, belum ada yang menyatakan akan memperbaiki," katanya.
Selain itu, Rojak kini khawatir akan cuaca yang jika tiba-tiba turun hujan. Dengan keadaan rumahnya yang tidak utuh, angin ataupun air hujan bisa membuat rumahnya semakin parah.
Dengan demikian dia pun berharap adanya bantuan lain berupa rehabilitasi rumah yang telah menjadi istana sederhana bersama keluarga kecilnya itu.
Selain itu dia meminta pemerintah setempat untuk segera menerbitkan surat-surat terkait hak kepemilikan rumah. Hal itu untuk antisipasi kedepannya jika ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi lagi.
"Minta kepeduliannya dari masyarakat Bandung. Termasuk ke pemerintah bisa segera menerbitkan sertifikat atau hal lain terkait kepemilikan rumah ini, atau jika tetap tidak bisa, demi keselamatan keluarga saya, kami pribadi siap direlokasi ke tempat yang lebih baik," katanya.