Derasnya Hujan Es di Mekkah hingga Jalan Banjir, di Indonesia Justru Gunung Ciremai Kebakaran
Begitu kontras kondisi Indonesia dan Mekkah. Saat jemaah tengah menjalankan ibadah haji, hujan es terjadi.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Theofilus Richard
TRIBUNJABAR.ID - Begitu kontras kondisi Indonesia dan Mekkah. Saat jemaah tengah menjalankan ibadah haji, hujan es terjadi.
Hal tersebut terlihat dari video yang dibagikan Aa Gym melalui Instagram-nya.
Ia mengatakan hujan es turun begitu deras.
Video tersebut direkam dari ketinggian sehinga jalanan dan gedung-gedung terlihat.
Tampak jalan di Mekkah digenangi air.
Mobil yang melaju meninggalkan riak kecil.
Terdengar juga suara air hujan.
"Masya Allah ada hujan es ini sahabat-sahabat sekalian.
Allah yang menurukan segalanya.
Oh.. besar-besar esnya, Masya Allah.
Semuanya sedang bertasbih kepada Allah, tidak ada kecuali Allah yang menghendaki, Allah yang menurunkan.
Wow besar sekali ini, semoga Allah menjadikan ini hujan yang rahmat.
Langsung seperti ini, banjir, memang karena sistem pengairannya beda," ucap Aa Gym dalam video tersebut.
Hujan es yang cukup deras itu tidak berlangsung lama.
• Heboh Mati Lampu, Aa Gym Beberkan 6 Poin Hikmah Mati Listrik: Jangan Ngeluh, Perbanyak Istigfar
Setelah reda, Aa Gym keluar dari penginapan dan berdiri di samping bus yang tengah terparkir.
Meski hujan belangsung sejenak, jalan di depan penginapan banjir.
Banjir tersebut sejajar dengan trotoar.
Aa Gym mengatakan Arab Saudi bisa mengalami banjir ketika hujan karena sistem saluran airnya berbeda.
"Hujan sebentar saja, banjir.
Karena itulah Allah tidak menurunkan hujan lama di sini.
Kalau lama berat sekali. Saluran airnya sedikit," ucapnya.
Bila di Mekkah bajir karena hujan es, lain halnya dengan Indonesia.
Di Indonesia tengah terjadi kebakaran hutan di Gunung Ciremai.
Kebakaran hutan belum padam seluruhnya hingga, Senin (12/8/2019).
Petugas telah berupaya memadamkan api menggunakan helikopter.
Namun, cuaca juga berpengaruh pada kegiatan pemadaman.
Senin (12/8/2019), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Majalengka tidak bisa menerjunkan helikopter ke lapangan karena cuaca buruk.
Kepala BPBD Majalengka Agus Permana mengatakan penyebab tidak adanya aktivitas pemadaman dengan helikopter dikarenakan di sekitar Gunung Ciremai kondisi angin cukup kenyang.
Selain itu, menurutnya awan juga cukup tebal dan gelap.
"Hari ini tidak seperti 2 hari kemarin yang memadamkan api dengan helikopter," ujar Agus saat ditemui Tribuncirebon.com, Senin (12/8/2019).
Disampaikan dia, oleh sebab itu untuk terus berupaya memadamkan api, pihaknya dibantu dengan aparat TNI dan Polri melakukan pemadaman secara manual.
"Terpaksa ya kami melakukan itu (pemadaman manual) karena dengan helikopter tidak dapat dilaksanakan," ucap dia.

Sementara itu, Agus mengungkapkan, pihaknya bersama Dandim 0617/Majalengka sudah mengusulkan agar kedepannya proses pemadaman dengan helikopter menggunakan kantong air yang kapasitasnya lebih besar.
Hal itu, menurutnya untuk lebih efektif dalam proses pemadaman yang semakin meluas tersebut.
"Saya rasa menggunakan kantong yang kapasitasnya 1000 liter belum efektif dalam pemadaman, makanya kami mengusulkan kepada atasan untuk mengganti kantong air dengan ukuran 4000 sampai 5000 liter," kata Agus.
Diketahui, hingga hari ini, Senin (12/8/2019) Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) masih terjadi dengan luas wilayah yang terkena dampak di Kabupaten Majalengka sekitar 379 hektare.
Perluasan itu merembet ke Jalur Sadarehe yang berada di Desa Payung, Kecamatan Rajagaluh, Kabupaten Majalengka.
Satu Titik Api Belum Padam
Berdasarkan pantauan Tim Apuy, satu titik api di hutan Gunung Ciremai belum padam hingga sore tadi (12/8), pukul 17.00 WIB.
Titik api teridentifikasi berlokasi di sebelah atas Blok Sanghiyang Rangka, jalur pendakian Apuy.
Tim Apuy yang berjumlah 20 orang merupakan bagian dari tim gabungan yang dibentuk untuk pemadaman api di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC).
Sementara itu, tim pos taktis Sanghiyang Ropoh memulai kegiatan pemadaman pukul 06.00 WIB secara manual di 2 titik api yang berada di sebelah atas Blok Sanghiyang Ropoh dan api berhasil di padamkan pada pukul 15.00 WIB.
Memastikan operasi pemadaman berlangsung, Pos Komando (Posko) Palutungan melakukan pengiriman logistik secara estafet untuk tim pos taktis lapangan di Blok Sanghiyang Ropoh dan tambahan personel lapangan.
Sedangkan dukungan udara, helikopter yang mampu membawa 4.000 liter air dalam bucket ini belum secara optimal membantu pemadaman.
Helikopter jenis Bell 412 yang terbang pukul 17.00 WIB hari ini (12/8) tidak memungkinkan pengeboman atau water-bombing.
Kondisi cuaca memaksa helikopter mendarat dan siaga di helipad Palutungan.
Namun demikian, helikopter dioperasikan pada esok hari, Selasa (13/8). Pemadaman akan dilakukan pada pukul 08.00 - 11.00 WIB dengan memperhatikan faktor cuaca.
Selain terkendala angin yang berubah setiap saat, beberapa tantangan di hadapi personel pemadaman. Faktor kawasan terbakar yang berada di atas ketinggian menyulitkan untuk pemadaman secara manual.
Angin kencang memicu loncatan bara api ke tempat lain. Hal tersebut ditambah lagi sumber daya manusia dan sarana-prasarana terbatas.
Personel yang terlibat dalam penanganan kebakaran hutan TNGC sebanyak 125 orang (70 orang di lapangan dan 45 orang di Posko Palutungan) berasal dari unsur BPBD Kuningan, TNI, TNGC, Polri, BNPB, BPBD Provinsi Jawa Barat, MPGC Palutungan, Tim Apuy, masyarakat dan sukarelawan yang tersebar di pos lapangan, pos taktis lapangan, pos pantauan dan pos pengamanan logistik. BNPB dan BPBD Provinsi Jawa Barat terus melakukan pendampingan penanganan kebakaran tersebut.
Luasan kawasan terbakar mencapai 371 ha; kawasan yang terpapar berada pada ketinggian 2.600 - 3.078 m dpl.
Kebakaran yang terlihat pada awal mula terjadi di blok Gua Walet, puncak Gunung Ciremai, Kelurahan Argamukti, Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Asap termonitor pada Rabu (7/8), pukul 15.10 WIB dari wilayah Argalingga, Kabupaten Majalengka.