Gempa Banten, Warga Bandung Ini Tiba-tiba Pusing: Botol Mineral Kok Goyang Semua

Lisnawati (24) warga Jalan Sekelimus Utara, Kota Bandung, mengaku cukup merasakan getaran dari gempa Banten itu.

Penulis: Cipta Permana | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Istimewa
Suasana di luar Masjid Agung Al Islah Cijulang, Pangandaran, Jumat (2/8/2019) malam pasca gempa Banten bermagnitudo 7,4. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Cipta Permana

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Guncangan gempa Banten bermagnitudo 7,4 terasa cukup kencang di Kota Bandung, Jumat (2/8/2019) sekitar pukul 19.03 WIB.

Sejumlah orang pun berlarian meninggalkan rumah guna menyelamatkan dirinya. Beberapa sambil mengucap takbir.

Lisnawati (24) warga Jalan Sekelimus Utara, Kota Bandung, mengaku cukup merasakan getaran dari gempa Banten itu.

Saat itu, ia sedang melayani pembeli di kiosnya yang menjual beraneka ragam seblak. Saat gempa, ia pun memutuskan berlari bersama pembeli dan meninggalkan masakannya.

"Pas kejadian, tadi teh lagi masak seblak soalnya ada yang beli. Tiba-tiba kok kerasa pusing, terus saya lihat juga air di botol mineral kok goyang semua, baru aja sadar kalau ada gempa," ujarnya yang masih tampak syok.

Hal yang sama pun dirasakan oleh Dudi Kusumah (25), warga Andir, Kota Bandung.

Saat gempa terjadi, ia sedang bersantai di sofa ruang tengah rumahnya. Setelah merasakan getaran gempa yang makin kuat, ia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah bersama keluarganya.

Pasca- Gempa Bermagnitudo 7,4, Warga Pantai Batu Karas Pangandaran Sudah Mengungsi ke Masjid Besar

Sudah Dua Jam Gempa Banten 7,4 SR Berlalu, BMKG Masih Beri Peringatan Potensi Tsunami

"Gede banget, sampai kaget tadi, soalnya tiba-tiba. Saya pikir gempa ini datangnya dari gunung Tangkuban Parahu, tapi pas ada notifikasi di layar handphone dari BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), ternyata sumbernya di laut wilayah Pandeglang Banten, mudah-mudahan warga di sana engga ada apa-apa, soalnya keterangannya berpotensi tsunami," ucapnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (2/8/2019).

Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Jabar dari BMKG, bahwa berkekuatan 7,4 SR terjadi sekitar pukul 19.03 WIB dengan lokasi gempa berada kedalaman laut 10 KM di wilayah barat daya Sumatera-Banten, atau Garis Lintang : 7.54 LS Garis Bujur : 104.58 BT Samudera Hindia Selatan Jawa.

Gempa ini tidak hanya dirasakan di seluruh Jawa Barat tapi juga di beberapa wilayah lain di Pulau Jawa semisal Cilacap dan Wonosobo di Jawa Tengah serta Yogyakarta.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, menjelaskan getaran disebabkan gempa teknonik di wilayah Samudera Hindia, Selatan Pulau Jawa.

Gempa ini berpotensi tsunami dengan peringatan dini untuk wilayah:

(1) Pandeglang Bagian Selatan dengan status ancaman SIAGA (ketinggian maksimal 3,0 meter).

(2) Pandeglang Pulau Panaitan dengan status ancaman SIAGA (ketinggian maksimal 3,0 meter).

(3) Lampung-Barat Pesisir-Selatan dengan status ancaman SIAGA (ketinggian maksimal 3,0 meter).

(4) Pandeglang Bagian Utara dengan status ancaman WASPADA (ketinggian maksimal 0,5 meter).

(5) Lebak dengan status ancaman WASPADA (ketinggian maksimal 0,5 meter).

Akibat Gempa Banten, Air di Pantai Palabuhanratu Sukabumi Sempat Surut 2 Meter, Warga Dievakuasi

Dampak Gempa Bermagnitudo 7,4, Dinding Rumah Warga di Banjarwangi Garut Roboh

Rahmat pun menimbau agar masyarakat di wilayah dengan status "SIAGA" diharap memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi.

"Kepada masyarakat di wilayah dengan status "WASPADA" diharap memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat (2/8/2019).

Ia pun meminta agar masyarakat hanya berpaku pada informasi resmi yang bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg (user pemda ,pwd pemda-bmkg) atau infobmkg.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Kasbani menjelaskan pusat gempa bumi berada di laut.

Wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi adalah wilayah pesisir selatan Banten, Jawa Barat dan Lampung yang pada umumnya disusun oleh batuan sedimen berumur Kuarter.

Batuan berumur Kuarter serta batuan berumur Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, belum kompak dapat bersifat memperkuat efek guncangan gempa bumi.

"Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya, gempa bumi berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat (2/8/2019).

Menurutnya, BMKG telah mengeluarkan peringatan tsunami untuk gempa bumi ini dengan status "siaga" di Pandeglang Selatan dan pesisir selatan Lampung, dan status "waspada di Pandeglang Utara, Lebak, pesisir Lampung bagian barat, dan pesisir Bengkulu.

Guncangan gempa bumi terasa dengan intensitas III-IV MMI di Pandeglang dan pesisir selatan Lampung, II-III MMI di Jakarta, Bandung, Depok hingga Yogyakarta.

"Berdasarkan laporan sejauh ini, di pos pengamatan gunung api, di Gunung Anak Krakatau di Pasauran sekitar pantai Carita dilaporkan tidak ada kerusakan, dan gempa bumi terasa pada skala II-III MMI. Penduduk sekitar mengungsi ke arah bukit atau menjauhi pantai. Hingga tanggapan ini dibuat, belum ada informasi korban jiwa dan kerusakan yang akibatgempa bumi ini," ucapnya.

Ia pun mengimbau agar masyarakat diminta untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat. Jangan terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.

"Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang diharapkan berkekuatan lebih kecil," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved