Profil
Profil Enny Nurbaningsih, Perempuan Hakim MK Satu-satunya, 'Srikandi' Hukum yang Tak Bisa Diremehkan
Enny Nurbaningsih, satu-satunya perempuan hakim di Mahkamah Konstitusi (MK). Enny Nurbaningsih dilantik menjadi hakim MK pada 13 Agustus 2018.
Penulis: Widia Lestari | Editor: Yongky Yulius
"Seorang hakim konstitusi tidak boleh berinteraksi dengan orang yang berperkara."
• Video Detik-detik Hakim MK Ancam Usir Bambang Widjojanto
"Semakin banyak orang sekelilingnya yang berperkara di MK berarti mempersempit ruang hakim untuk banyak berhubungan," katanya.
Untuk menjaga independensi dan integritasnya, Enny Nurbaningsih pun bekerja dalam 'kesunyian'.
Ia mengaku, hakim MK hanya berbicara melalui putusan.
“Menjadi hakim konstitusi itu ibaratnya saya berada dalam silent position."
"Hakim konstitusi merupakan satu jabatan yang tidak banyak berbicara keluar dan cukup berbicara lewat putusan, maka ia tidak boleh terpengaruh dan dipengaruhi siapapun,” ujarnya.
Baginya, menjadi hakim MK itu memiliki tantangan berat.
Ia harus bisa menempatkan diri agar bisa terhindar dari konflik kepentingan.
Jejak Enny Nurbaningsih di dunia hukum memang tak bisa diremehkan.

Ia adalah guru besar Ilmu Hukum di perguruan tinggi ternama di Indonesia, Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ia memang mengenyam pendidikan hukum di kampus tempatnya mengajar.
• Ada Saksi Pakai Kacamata Hitam, Hakim MK Sempat Bergurau, Malam Begini Masih Pakai Kacamata Hitam
Sejak awal, Enny Nurbaningsih memang bercita-cita sebagai guru.
Setelah lulus sarjana hukum, ia pun melanjutkan studinya, sekaligus menjadi dosen.
Saat menjadi dosen di kampus almamaternya, Enny Nurbaningsih mendirikan organisasi di bidang hukum, Parliant Watch.
Organisasi itu bergerak di bidang yang ditekuninya, yakni hukum tata negara.