Lokalisasi Sunan Kuning Ditutup, Ini Sejarah Sunan Kuning yang Seorang Pendakwah Keturunan China
Memiliki nama asli Soen An Ing, namun oleh masyarakat lokal dipanggil Sunan Kuning untuk mempermudah penyebutan.
TRIBUNJABAR.ID, SEMARANG - Lokalisasi Argorejo atau yang lebih dikenal dengan lokalisasi Sunan Kuning di Kalibanteng Kulon, Semarang akan ditutup mulai Agustus 2019 mendatang.
Pemerintah Kota Semarang melakukan pertemuan dengan para wanita pekerja seks (WPS) yang berada Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning untuk mendiskusikan terkait penutupan yang rencananya akan dilakukan pada Agustus 2019 mendatang, Selasa (18/6/2019) di Balai RW 4 Kelurahan Kalibanteng Kulon, Semarang Barat.
Sejumlah wanita pekerja seks (WPS) pun menyayangkan rencana penutupan bisnis prostitusi yang telah berjalan puluhan tahun.
Banyak orang yang mendengar kata Sunan Kuning pikirannya langsung tertuju pada prostitusi di Kota Semarang.
Sebenarnya, Sunan Kuning adalah nama tokoh yang dimakamkan di dekat Lokalisasi Argorejo tersebut.
Sunan Kuning hidup sekitar tahun 1740 M.
Semasa hidupnya, ia merupakan penyebar agama Islam di Indonesia dan dia keturunan China.
Memiliki nama asli Soen An Ing, namun oleh masyarakat lokal dipanggil Sunan Kuning untuk mempermudah penyebutan.
Selain sebagai pendakwah, ia juga dikenal sosok yang pandai ilmu pengobatan.
• Saksi Kubu Prabowo Mengaku Diancam Dibunuh, tapi Tak Bisa Jelaskan Secara Rinci Bentuk Ancamannya
• Keluarga Ungkap Kondisi Terkini Amsor, Tersangka Kecelakaan Maut di Tol Cipali KM 150
Melalui keahliannya tersebut, banyak masyarakat yang akhirnya tertarik dan memeluk Islam.
Meski awalnya berpindah-pindah kota dalam menyebarkan Islam, di akhir hayatnya ia menetap dan meninggal di Kota Semarang.
Sunan Kuning yang juga memiliki nama lain Raden Mas Garendi atau Amangkurat V dimakamkan di Bukit Pekayangan Jalan Sri Kuncoro I RT 6 RW 2 Kelurahan Kalibanteng Kulon, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang.
Raden Mas Garendi atau Sunan Kuning dan juga disebut Amangkurat V adalah cucu raja Amangkurat III di Mataram, putra dari pangeran Tepasana.
Tahun 1742, ia diangkat sebagai raja Amangkurat V oleh pemberontak yang menantang kekuasaan Susuhunan Pakubuwana II dan VOC.
Tidak seperti lazimnya makam pendakwah Islam yang sebagian besar berornamen Jawa dengan hiasan kaligrafi huruf Arab, Makam Sunan Kuning justru kental nuansa Cina, negeri asalnya.

Arsitektur khas negeri tirai bambu akan menyambut pengunjung pada gerbang makam. Begitupun cungkup dan pusara, bergaya Cina dengan warna serba merah dan kuning.
Persoalan muncul setelah Pemerintah Kota Semarang menetapkan komplek di sebelah makam menjadi lokalisasi pada 1962.
Lokalisasi ini resmi dibentuk pemerintah agar para wanita penghibur tidak menyebar di sudut-sudut kota.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat akhirnya mengenali lokalisasi ini dengan sebutan Sunan Kuning.
Sebaliknya, pamor makam sang tokoh justru semakin meredup, hilang tertutup gemerlap lampu wisma prostitusi.
"Peziarah sekarang sepi. Setiap hari tidak tentu ada orang yang berziarah atau tidak. Kadang ada datang rombongan," ujar Juru Kunci Makam, Siti Komariyah (63), Senin (28/1/2019).
Ibu lima anak tersebut menjadi juru kunci makam menggantikan suaminya yang meninggal awal Januari 2018 lalu.
Sebagai kuncen makam, ia biasa membersihkan komplek makam Sunan Kuning atau menghantar peziarah.
Ia mengatakan, meski tidak setiap hari sejumlah peziarah datang dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa kali peziarah juga datang dari Cina dan Thailand.
Di makam Sunan Kuning juga disediakan media ziarah untuk penganut Konghucu.
Hal ini karena selain umat muslim, beberapa peziarah yang datang beragama Konghucu.
Di sana terdapat tiga bangunan di tengan pemakam umum yang dipisahkan gapura.
Tiga bangunan bergaya Cina itu terdiri dari Cungkup Makam Sunan Kuning, Cungkup makam tiga pengikutnya, dan Musala.
Terdapat dua makam lain berdapampingan dengan makam Sunan Kuning di dalam cungkupnya. Makam itu merupakan makam Sunan Kali dan Sunan Ambarawa.
"Peziarah yang ingin bermalam di sini juga dipersilakan. Disediakan tempat di Musala," kata wanita berkerudung tersebut.
Komplek makam ini, dapat dicapai peziarah dengan melewati gang-gang Lokalisasi Argorejo. Gang-gang ini selalu sibuk saat malam menjelang. Di ujung barat komplek lokalisasi akan ada jalan keluar menuju perkampungan biasa. Di atas bukit kampung tersebut pusara Sunan Kuning berada. (jam)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sunan Kuning Penyebar Islam Keturunan Tionghoa Makam di Dekat Lokalisasi, Begini Kata Juru Kunci, https://jateng.tribunnews.com/2019/01/28/sunan-kuning-penyebar-islam-keturunan-tionghoa-makam-di-dekat-lokalisasi-begini-kata-juru-kunci?page=all.
Penulis: Jamal A. Nashr
Editor: galih permadi