Pelaku Mutilasi di Malang Menyukai Adik Kandungnya Sendiri, Bertingkah Seperti Pacar Bukan Kakak
Adapun Sugeng mengalami gangguan jiwa berawal dari menyukai adik kandungnya.
TRIBUNJABAR.ID - Pelaku mutilasi di Pasar Besar Malang, Sugeng, ternyata memiliki masa lalu yang kelam. Bahkan ia tinggal sebatang kara karena ditinggal keluarganya.
Dulu Sugeng adalah penduduk Jodipan, Malang.
Sejak orang tuanya meninggal dunia, Sugeng sering menyenderi.
Saat sedang berada di rumah, tingkah laku Sugeng bukan sebagai kakak.
Justru Sugeng terlihat seperti pacar. Sugeng selalu menempel adiknya terus ke mana-mana.
“Dulu kalau di rumahnya itu seperti pacarnya sendiri,” kata Narto, seperti dilansir dari SuryaMalang.com, Kamis (16/5/2019).
• Pelaku Mutilasi di Malang Ditangkap dan Mengaku Dapat Bisikan, Masih Ada Kejanggalan Ini
“Tiap kali adiknya membawa pacar, pasti selalu konflik dengan Sugeng. Itu terjadi berulang kali,” ujar Narto.
Narto tidak ingat nama adik Sugeng. Sebab, adik Sugeng sudah pindah dari Jodipan.
“Kejadian itu sudah lama. Akhirnya orang tuanya memisahkan Sugeng dengan adiknya.”
“Sejak saat itu Sugeng tidak pernah bertemu dengan adik perempuannya itu,” ucap Narto.
Masa lalu Sugeng di Jodipan sangat kelam.
Narko mengatakan dulu Sugeng pernah membakar rumahnya di Jodipan.
Sugeng juga pernah memotong lidah kekasihnya dan memukul kepala ayahnya menggunakan palu.
• Menguak Korban Mutilasi di Malang, Polisi Buat Sketsa, Sugeng Katakan dari Maluku
“Sugeng dari dulu selalu bikin gempar warga. Bahkan, Sugeng juga pernah di usir dari sini (Jodipan) sekitar 7-8 tahun lalu,” ujarnya.
Narko paham dengan Sugeng karena rumahnya berdempetan dengan Sugeng.
Narko mengatakan Sugeng dari dulu memiliki kelainan.
Selama menjadi tetangganya dulu, Narko merasa bahwa Sugeng selalu membuat ulah.
Bahkan Narko pernah melaporkan Sugeng ke polisi lantaran hampir membakar rumahnya pada tahun 2011.
Namun, polisi belum bisa mengurus Sugeng karena sugeng pernah masuk Rumah Sakit Jiwa
Sementara itu, Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan, Muhammad Luthfi (46) mengakui Sugeng dulu merupakan warga Jodipan.
Sugeng dulu tinggal bersama keluarganya di Jodipan bersama orang tuanya.
Sugeng meninggalkan Jodipan usai rumahnya dibeli orang lain.
“Rumah Sugeng dibeli ayah saya sekitar 7 atau 8 tahun lalu. Saya tidak tahu kenapa rumah itu sampai dibeli.”
“Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana,” ucapnya.
• Awal Mula Pertemuan Sugeng dengan Korban yang Dimutilasi dan Cara Polisi Mengendus Keberadaannya
Sejak saat itu Sugeng jarang berseliweran di kampung.
Sugeng lebih banyak terlihat di pinggir jalan di sekitar Jalan Gatot Subroto sampai sekitar Pasar Besar Malang.
Menurutnya, Sugeng kembali terlihat di Jodipan baru sekitar 5 bulan ini.
Sugeng tidur di samping rumah kosong di Jalan Jodipan Wetan Gang Ill RT 02 RW 06.
Di rumah itu pula Sugeng menulis beberapa tulisan aneh.
Termasuk menyebut nama tuhan dan nama beberapa keluarganya.
Lutfhi mengungkapkan Sugeng sering berinteraksi dengan anak-anak kecil.
Dia suka menyapa anak-anak. Anak-anak juga tidak ada yang takut kepada Sugeng.
Lutfhi menyebut setiap tulisan yang ditulis Sugeng di tembok seperti ada kata-kata dendam.
(SuryaMalang.com/M Rifky Edgar)