Lestarikan Budaya Jawa, UKM Djawa Tjap Parabola Telkom University Gelar Ludruk 'dengan Lakon Ini

Suasana kejawen begitu sangat terasa saat memasuki GSG Telkom University dalam puncak acara Parama Budaya 2019 . . . 

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Dedy Herdiana
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
UKM Djawa Tjap Parabola Telkom University menampilkan kesenian ludruk, dengan judul cerita 'Arum Kasetyaning Sri Tanjung' di Gedung Serba Guna (GSG) Telkom University dalam puncak acara Parama Budaya 2019, Sabtu (28/4/2019) malam. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin

TRIBUNJABAR.ID, BOJONGSOANG - Suasana kejawen begitu sangat terasa saat memasuki Gedung Serba Guna (GSG) Telkom University dalam puncak acara Parama Budaya 2019, di Telkom University, Bojongsoang, Sabtu (28/4/2019) malam.

Acara yang digelar oleh UKM Djawa Tjap Parabola Telkom University ini mempersembahkan sebuah penampilan kesenian ludruk, dengan judul cerita 'Arum Kasetyaning Sri Tanjung'. 

Lobi gedung disulap menjadi pintu selamat datang yang begitu mistis. Suasana remang ditambah aroma wangi dari dupa yang dibakar begitu menusuk hidung saat memasuki lobi tersebut. Terdapat pula kuburan yang menghiasi lobi gedung sehingga menambah kesan mistis.

Namun pada saat memasuki ruang GSG penonton dapat merasakan suasana berbeda, suasana yang lebih hangat hingga terasa nyaman. Para penonton disambut dan disuguhi oleh alunan musik klasik khas daerah Jawa, musik keroncong.

Musik dan lagu-lagu keroncong ini mampu menciptakan suasana kampung halaman (di Jawa) yang sangat dirindukan oleh para pelancong. Suara khas musik keroncong yakni perpaduan antara suara biola, okulele, salo dan gitar ini benar-benar mampu menciptakan suasana rumah (Jawa) yang sangat nyaman.

Wangi dupa juga memenuhi seluruh ruangan gedung ditambah ornamen-ornamen jawa seperti gapura kerajaan dan lain sebagainya pada panggung semakin memperkuat cita rasa Jawa. 

Setelah penampilan musik keroncong, acara dilanjutkan dengan penampilan gamelan atau karawitan jawa dengan lagu-lagu berbahasa jawa yang sangat apik dibawakan para sinden cantik. Ditambah persembahan tarian selamat datang Tari Prawesti dari dua penari cantik.

Sebagai persembahan terakhir Parama Budaya 2019, UKM Djawa Tjap Parabola ini mempersembahkan sebuah ludruk 'Arum Kasetyaning Sri Tanjung'. 

"Kisah yang diangkat tahun ini adalah asal usul Kota Banyuwangi kota paling timur di tanah Jawa. Kenapa kami mengangkat kisah ini karena sejarah ini sangat jarang diangkat. Selain itu agar tidak mainstream seperti kisah-kisah yang sering dibawakan seperti Joko Tingkir dan lainnya," ungkap Ketua Pelaksana Kegiatan Ardy Irawan di lokasi semalam. 

Cerita ini berkisah tentang kesetiaan Sri Tanjung pada suaminya Patih (Raden) Sidapaksa. Kala itu Sri Tanjung dituduh berselingkuh dengan seorang raja bernama Silakrama di saat suaminya tengah berperang atas perintah sang raja. 

Sang patih kemudian termakan hasutan jika sang istri Sri Tanjung benar-benar berselingkuh dengan sang raja. Sehingga emosi dan amarah menguasainya dan sang patih berniat akan membunuh sang istri.

"Kemudian Sri Tanjung membuktikannya, dan dia bersumpah, kalau benar dirinya berkhiatan dan berselingkuh maka darahnya akan berbau busuk. Tapi jika dirinya benar dan tidak berkhiatan maka darahnya itu akan berbau wangi," tuturnya.

Banyuwangi adalah kisah cinta yang berakhir tragis dan penyesalan. Sri Tanjung akhirnya meninggal di tangan Sidapaksa, yang tak lain adalah suaminya sendiri. 

Melalui hunusan keris tajam, Sri Tanjung tewas. Namun seperti sumpah Sri Tanjung pascapenusukan tersebut, tubuhnya justru mengeluarkan darah beraroma sangat wangi dan segar. Hal itu membuktikan jika dia setia dan memang tidak berkhiatan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved