Pengamat Ini Sebut Program 3 Kartu Jokowi di Pilpres 2019 Terlalu Biasa, Sama Seperti Pilpres 2014

Pada kampanye Pilpres 2019, capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) kerap mengeluarkan program 3 kartu sakti.

Penulis: Resi Siti Jubaedah | Editor: Ichsan
KOMPAS.com/Haryantipuspasari
Jokowi pamer kartu 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Resi Siti Jubaedah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Pada kampanye Pilpres 2019, capres nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) kerap mengeluarkan program 3 kartu sakti.

Pertama, Joko Widodo memperkenalkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang ditujukkan untuk menunjang pendidikan tinggi

Kedua, Jokowi memperkenalkan Kartu Pra Kerja yang digadang-gadang dapat membantu masyarakat yang belum bekerja dengan pelatihan khusus.

Selain itu, kartu pra kerja juga dapat memberikan insentif bagi pemiliknya yang belum mendapat pekerjaan.

Kartu ketiga adalah kartu sembako murah yakni kartu yang dapat digunakan untuk mendapatkan potongan harga untuk sembako.

Jokowi menekankan bahwa program kartu-kartu tersebut adalah program pasangan calon nomor urut 01 yang baru dapat berjalan di tahun depan yakni 2020.

Terkait tiga kartu sakti Jokowi, Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan Prof Dr Asep Warlan Yusuf menilai program tiga kartu itu terlalu biasa.

"Konten-konten Jokowi harusnya lebih dahsyat. Apapun kebijakan yang dibuat, jangan kartu lagi, itu tidak terlalu menarik," ujar Asep Warlan Yusuf saat dihubungi Tribunjabar.id, Jumat (12/4/2019).

Keren, Seniman Asal Bandung Ini Bikin Mural di Bodi Pesawat

Hal tersebut dikarenakan pada kampanye 2014 lalu, Jokowi juga menawarkan tiga kartu sakti yang hampir sama.

Tiga kartu sakti Jokowi itu adalah Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

Jokowi kembali menawarkan 3 kartu sakti pada kampanye Pilpres 2019. Nyatanya, 3 kartu sakti tersebut hampir sama dengan 3 kartu sakti lain yang pernah ditawarkan pada Pilpres 2014.

Kemudian, kata Asep Warlan Yusuf, berbagai pertemuan yang mengundang band atau artis musik, kini sudah tidak terlalu menyentuh pada pemilih.

Menurut pengamatannya, hiburan memang selalu ada dalam kampanye, namun tidak dapat menyebabkan meningkatnya keterpilihan.

"Makanya penting betul untuk Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi harus membuat strategi dalam satu dua hari ini," ujar Asep Warlan

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved