Hati-hati saat Memarahi Anak, Ini Dampak yang Mungkin Terjadi
Saat itu, sang putri menolak untuk mengikuti les karena sang ibu tidak membawa baju ganti.
Penulis: Resi Siti Jubaedah | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sebagai orangtua, tentunya harus memberikan didikan yang baik bagi anaknya.
Namun, jika sang anak melakukan kesalahan, beberapa orangtua kerap memarahi meski itu di depan umum.
Seperti video yang sempat viral, seorang ibu di Malang yang memarahi anaknya dan mendorongnya hingga keluar mobil.
Polres Malang pun turun tangan untuk menyelidiki kasus tersebut.
Saat itu, sang putri menolak untuk mengikuti les karena sang ibu tidak membawa baju ganti.
Kini kasus tersebut berakhir damai, dan sang ibu yang sempat viral tersebut telah menuliskan permintaan maaf.
Belajar dari kasus di atas, ternyata terdapat dampak buruk memarahi anak.
Dikutip dari dosenpsikologi.com, berikut adalah dampak-dampak buruk memarahi anak :
1. Anak Menjadi Tidak Percaya Diri
Seringnya orangua memarahi anak, mengakibatkan anak memiliki perasaan selalu salah dan takut salah.
Hal tersebut membuat anak menjadi tidak percaya diri. Anak lebih memilih berada di zona yang menurutnya aman dari amarah orangtuanya, dengan tidak melakukan apapun.
2. Anak Memiliki Sifat Egois dan Keras Kepala
Perilaku orangtua yang terlalu sering memarahi anak, akan membuat sang anak tumbuh menjadi egois dan keras kepala.
Anak akan berusaha untuk bisa melindungi dirinya sendiri dan membenci perasaan tersakiti dari amarah orang tuanya.
Tak hanya egois dan keras kepala, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan juga pribadi yang tidak bisa menerima masukan dari orang lain.
3. Anak suka menentang
Ketika orangtua memarahi anak, sang anak akan memiliki perasaan untuk membela dirinya sendiri.
Hal tersebut kemudian memunculkan perilaku pertentangan. Anak akan menjadi berani untuk berbicata kasar dan menetang orangtuanya.
Sehingga apapun yang dikatakan orang tuanya, sang anak akan menganggap hal tersebut selalu tidak benar.
Anak juga akan merasa dirinya tidak ingin lagi diatur oleh orang tua dalam hal apapun.
Sikap pertentangan ini muncul akibat anak sudah terlalu lelah dimarahi terus menerus seolah dirinya tidak lagi berharga dan memiliki perasaan.
Oleh karena itu, munculah keinginan untuk bebas dari situasi tidak menyenangkannya membuat dirinya berani menentang.
4. Anak menjadi apatis, kurang sensitif, dan tidak peduli terhadap sekitarnya
Beberapa kasus dalam keluarga, dimana orangtua sering memarahi anaknya, mengakibatkan anak tumbuh menjadi pribadi yang apatis.
Sang anak tidak peduli dengan lingkungan disekitarnya maupun orang-orang terdekatnya.
Hal tersebut membuat anak tumbuh menjadi kurang sensitif dan kurang peduli. Ia hanya peduli terhadap kesenangannya sendiri dan bagaimana mendapatkan apa yang dia inginkan.
5. Memiliki pribadi introvert atau tertutup
Beberapa anak yang tumbuh dengan amarah orangtuanya, akan memperlihatkan sikap introvert atau tertutup.
Anak akan lebih pendiam dan suka menyendiri. Ia merasa bahwa dirinya tidak pernah melakukan hal yang benar, karena sering dimarahi oleh orang tuanya.
Anak merasa dirinya tidak memiliki kemampuan apapun untuk bisa membanggakan orang tua, dan merasa berbeda dengan teman-teman sekitarnya yang memiliki kasih sayang dari orang tua.
6. Anak menjadi pemarah
Akibat sering dimarahi, anak akan merasa jenuh dan ingin keluar dari situasi tersebut.
Anak akan berusaha untuk memberontak dan mempertahankan dirinya dari setiap amarah yang dia terima dari orangtuanya.
Kemudian anak menjadi lebih pemarah dan tidak bisa diatur. Anak lebih suka berada di luar rumah dan jauh dari orang tuanya.