Kisah Sriwahyuni Asal Wonogiri, Jualan Jamu Gendong Selama 23 Tahun di Kota Bandung

Sriwahyuni (53), penjual jamu gendong tradisional masih tetap bertahan berjualan selama puluhan tahun.

Penulis: Syarif Pulloh Anwari | Editor: Ichsan
tribunjabar/syarif pulloh anwari
Sriwahyuni (53) penjual jamu gendong keliling yang sudah berjualan dari tahun 1996 di Kota Bandung. 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Syarif Pulloh Anwari

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Sriwahyuni (53), penjual jamu gendong tradisional masih tetap bertahan berjualan selama puluhan tahun.

"Jamu mas, jamu," suara pelan Sri ini terdengar di sepanjang trotoar Jalan Diponegoro, tepatnya di depan Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung, Senin (25/3/2019).

Mengenakan kaus warna kuning dan kerudung biru, jamu yang disimpan di dalam bakul yang digendongnya memakai selendang itu diturunkan perlahan dia tas trotoar.

Wanita asal Wonogiri, Jawa Tengah ini mengaku telah menjadi penjual jamu gendong sejak tahun 1996.

Ibu satu anak ini pergi merantau dari kota kelahirannya itu menuju Kota Bandung.

Usaha penjual jamu gendong, ia dapati secara turun temurun dari neneknya.

"Usaha jamu ini turunan dari nenek, berjualan jamu di Bandung ini semenjak merantau ke Bandung dari tahun 1996," ujar Sriwahyuni kepada Tribun Jabar, Senin (25/3/2019).

Di bawah terik matahari, ia mengaku memulai berjualan dari lapangan Gasibu sampai lapangan Saparua, Kota Bandung.

"Pergi jualannya dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00 WIB," ujar Sriwahyuni.

Pengacara Sekda Kabupaten Tasikmalaya Minta Jaksa Masukan Nama Uu Ruzhanul Ulum dalam Tuntutan

Sriwahyuni menceritakan, sebagian besar penjual jamu gendong mulai menggunakan sepeda atau motor, namun ia memilih bertahan berjualan jamu gendong dengan berjalan kaki.

"Saya gini jalan kaki jualannya, kalau pakai sepeda ngga bisa juga," ujar Sriwahyuni sambil tersenyum.

Sriwahyuni yang tinggal disebuah kontrakan di daerah Tamansari, Kota Bandung itu, tinggal bersama suaminya dan satu anaknya.

Bakul yang terdapat delapan botol yang didalamnya berbagai jenis jamu seperti kunir asem, beras kencur, temulawak, cabe buyang, jahe setiap harinya ia gendong.

"Kalau baru berangkat ini beratnya ada 25 kilogram," ujarnya.

Pengamat Unpad : Jangan Percayai Hasil Survei, Didanai untuk Mengarahkan Opini Publik

Meskipun usaha yang dijalani Sriwahyuni menjadi penjual jamu gendong keliling sudah jarang ditemui dan banyak saingan dengan jamu pabrikan, ia mengaku masih bertahan dan banyak peminatnya.

"Saingannya banyak dengan jamu pabrikan, tapi pelanggan masih banyak dan masih ada yang cari," ujarnya

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved