Aktif Berorganisasi dan IPK Tinggi, Mahasiswi Ini Wakili Unisba di Ajang Mawapres

Saat ini ia sedang mempersiapkan diri mengikuti ajang pemilihan mahasiswa berprestasi (Mawapres 2019) tingkat wilayah Kota Bandung atau LL Dikti.

Penulis: Hilda Rubiah | Editor: Theofilus Richard
Tribun Jabar/Hilda Rubiah
Qatrunnada Sausan (20), Mahasiswi berprestasi Unisba 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Qatrunnada Sausan (20), Mahasiswi Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis angkatan 2016 ini adalah mahasiswi berprestasi dari Unisba (Universitas Islam Bandung).

Saat ini ia sedang mempersiapkan diri mengikuti ajang pemilihan mahasiswa berprestasi (Mawapres 2019) tingkat wilayah Kota Bandung atau LL Dikti.

Perempuan yang akrab disapa Nada itu telah mempersiapkan diri selama tiga minggu.

Mulai melewati tahap seleksi penyisihan di tingkat universitas, satu minggu kemudian maju di tahap rayon. Pekan ini ia akan mengikuti seleksi tingkat wilayah Kota Bandung. Jika sukses, maka ia akan melaju ke ajang tingkat nasional.

Ajang ini bisa diikutinya berkat rekomendasi Kepala Program Studi  Akuntansi FEB Unisba setelah melihat IPK, keaktifan berorganisasi, kemampuan bahasa inggris, dan prestasi lainnya.

Dalam babak penyisihkan di tingkat rayon 7, ia masuk 20 besar dan membawa Unisba duduk di urutan 7 dari 20 perguruan tinggi swasta se-Kota Bandung.

Demikian dengan berbabagai tahapan seleksi yang ketat, Nada mengakui ajang tersebut cukup sulit diikuti.

Ketika beberapa tahapan-tahapan tes yang dilalui, ia harus mempresentasikan karya tulis ilmiah menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kemudian ia juga harus melewati tahap penilaian lainnya.

"Ceritanya complicated, enggak semudah orang bayangkan. Karena ini ajang pemilihan mahasiswa berprestasi, kami juga harus mempresentasikan apa prestasi yang telah kami raih," ujar Qatrunnada Sausan, saat ditemui di Kampus Unisba, Kota Bandung, Rabu (20/3/2019).

Surat Suara DPRD Kota Cirebon Belum Diterima KPU, Dijadwalkan Datang Pekan Depan

Sebulan Jelang Pemilu, 7503 Pelanggaran Aturan Pemilu Ditindak Bawaslu Kabupaten Bandung

Di lingkungan kampusnya, Nada memang dikenal sebagai mahasiswi berprestasi secara akademik. Indeks Prestasi Kumulatifnya tidak pernah kurang dari 3,9.

Di semester 1 dan 2 ia bertahan meraih IPK 4, di semester 3 dan 4 kendati mulai berorganisasi namun ia mampu meraih IPK 3,98. Pada semester 5 dan 6, ia juga disibukkan dengan kompetisi ajang mawapres namun masih mampu mempertahankan IPK 3,91.

Tak hanya menonjol di bidang akademik, Ia juga aktif berprestasi dalam ajang Pekan Kreatif Mahasiswa, atau kompetisi karya tulis ilmiah, dan meraih juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah pada Ajang Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM Award) tersebut.

Nada juga merupakan pernah masuk sebagai Finalis 10 Besar Karya Tulis Ilmiah National Accounting Student Conference di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Bahkan ia pernah ikut terlibat dalam Global Intership Program, partisipan studi banding di Malaysia dan Singapura.

Selain itu, ia juga aktif dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus, sebagai Badan Oprasional Mentoring Pendidikan Agama Islam (Bompai), dan Departemen Kaderisasi Divisi Pengembangan.

Menghadapi Era Industri Kreatif, Rektor Binus Bandung Sebut Dunia Pendidikan Harus Berubah

Aktif di organisasi dan tetap berprestasi secara akademik, Nada mengaku mengikuti konsep dalam ilmu ekonomi, yaitu biaya kesempatan atau opportunity cost.

"Ketika memilih satu maka ada kesempatan lain yang hilang sebagai konsekuensi," ujarnya.

Maka dari itu ketika ia memilih untuk mengekplorasi diri di organisasi, mengikuti kompetisi, atau mengikuti tantangan baru, maka menurutnya ada satu yang harus dikorbankan, yaitu fokus kuliahnya menjadi berkurang.

Ia mengaku memiliki cara tersendiri untuk mengatur waktu secara baik.

Terinspirasi dari surat Al-Insyirah dalam Alquran yang berbunyi, "Ketika mengerjakan satu yang telah selesai maka kerjakan lagi satu yang lainnya."

Nada bisa mengatur waktu dengan menggunakan metode skala prioritas.

"Ini yang membuat saya akhirnya bisa mengatur yang sedemikian rupa padatnya, karena dengan metode ini saya menemukan jalan untuk mengatur jadwal saya yang cukup padat," ujarnya.

Menurut Nada, mengikuti mawapres, menjadi pengalaman berharga baginya.

Setidaknya, kata Nada, pengalaman tersebut dapat ia cantumkan dalam CV-nya. Sehingga memudahkannya jika ingin melanjutkan studi S2.

Ia juga mengatakan bahwa capaiannya saat ini termotivasi dari kerja keras kedua orang tuanya.

"Karena tidak mungkin saya bisa membayar semua keringat, jerih payahnya, saya sudah dilahirkan di dunia hingga dibesarkan," ujarnya.

Sebulan Jelang Pemilu, 7503 Pelanggaran Aturan Pemilu Ditindak Bawaslu Kabupaten Bandung

Mencicipi Aneka Sate Khas Jepang Halal di Toriku PVJ Bandung

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved