Mengapa Chef Juna Kerap Bersikap 'Galak' Saat Jadi Juri Masterchef? Ternyata Ini Alasannya

Satu di antara juri Masterchef Indonesia, Junior Rorimpandey atau Chef Juna, dikenal sebagai sosok yang kerap bersikap 'galak' atau tegas.

Penulis: Yongky Yulius | Editor: Tarsisius Sutomonaio
Instagram @masterchefina
Chef Juna 

TRIBUNJABAR.ID - Satu di antara juri Masterchef Indonesia, Junior Rorimpandey atau Chef Juna, dikenal sebagai sosok yang kerap bersikap 'galak' atau tegas.

Saat menjadi juri Masterchef, Junior Rorimpandey atau Chef Juna pun kerap kali ketus dalam berbicara.

Kontan, saat berhadapan dengan Junior Rorimpandey atau Chef Juna, raut wajah peserta Masterchef biasanya terlihat tegang.

Ternyata, Junior Rorimpandey atau Chef Juna punya alasan tersendiri mengapa dirinya memperlakukan peserta lomba masak, khususnya Masterchef seperti itu.

Hal itu diungkapkan Chef Juna saat diwawancarai Kompas Lifestyle di restoran terbarunya Corellate, Rabu (21/6/2017).

"Kenapa saya seperti itu, 13 tahun perjuangan saya di Amerika buat dapet gelar chef itu dengan usaha yang jungkir balik," kata Chef Juna, dikutip TribunJabar.id, Sabtu (16/3/2019).

Chef Juna Dibikin Marah oleh Peserta MasterChef Indonesia Ini: Kamu Sangat Menyebalkan!

"Nah, di Master Chef masak-masak 3 bulan terus pemenang dapat Rp 300 juta dengan gelar master chef. Serius enggak boleh dikerasin?" sambungnya.

Lebih lanjut, Chef Juna mengatakan, diperlukan usaha yang ulet dan mental yang kuat untuk memiliki keahlian tertentu.

Jika tidak, Chef Juna berpendapat, gelar chef yang didapat secara instan hanya akan merusak industri kuliner yang ada.

"Saya tidak ingin industri ini didapat dengan cara instan yang selanjutnya orang tersebut malah menjadi banci kamera," ujarnya.

"Terbukti, kan, pemenang-pemenang di Master Chef cukup sukses, tapi yang seri satu dan dua di mana saya jadi jurinya," sambungnya.

Chef Juna berpendapat, peserta justru diuntungkan dengan sikap keras dan dispilin yang ditunjukkannya.

Pasalnya, mental yang kuat akan terbentuk dengan sendirinya dan ilmu aka didapat jika menghadapi masalah.

Chef Juna Jengkel kepada Peserta MasterChef Indonesia Ini: Ngapain Kamu Ikutan, Tidur Aja di Rumah!

"Mereka yang setelah keluar dari Masterchef apalagi menang, entah itu nantinya bisnis apapun atau membuka restoran orang akan kenal, popularitas sudah mereka kantongi, kesempatan terbuka lebar, masa tidak boleh dikerasin sedikit," ujar Chef Juna.

Para chef yang tergabung dalam Indonesian Chef Association, kata Chef Juna, justru berterima kasih kepadanya karena telah membuka mata awam tentang kerasnya menjadi chef.

"Pernah ada satu jamuan para chef-chef senior dari seluruh Indonesia, saya sempat tidak percaya diri karena takut dikira pemain baru di dunia kuliner. Tetapi apa yang terjadi, mereka berterima kasih karena telah membuka mata awam bahwa dunia chef itu keras," ujarnya.

Tak hanya itu, Chef Juna juga berpendapat, perlombaan memasak yang dilakukan televisi-televisi swasta termasuk dalam perlombaan yang sangat enak untuk diikuti.

Dikatakan Chef Juna, pada saat ikut lomba masak di televisi swasta, peserta mendapatkan bayaran per episode dan mendapatkan popularitas.

Hal tersebut berberbeda dari perlombaan masak di luar negeri.

Di perlombaan masak di luar negeri, para peserta betul-betul menanggalkan atribut maupun kehidupan pribadi mereka untuk menjalani karantina.

Lika Liku Kehidupan Chef Juna

Di balik sosoknya yang dikenal galak, Chef Juna punya kemampuan memasak yang luar biasa.

Teknik-teknik yang ditunjukkan Chef Juna saat memasak jelas dikuasai bukan dengan proses yang mudah dan sebentar.

Chef Juna yang merupakan kelahiran Manado, 20 Juli 1975 ini adalah seorang koki spesialis makanan Jepang dan Perancis yang telah menghabiskan waktu selama kurang lebih 12 tahun di luar negeri.

Perjalanan Chef Juna menjadi seorang koki tidaklah mudah.

Dilansir TribunJabar.id dari berbagai sumber, Minggu (10/3/2019), pada saat berusia 17 tahun, Juna dikenal sebagai anak yang berandalan.

Di umur yang masih tergolong sangat muda itu, Juna bahkan membuat geng bernama Bad Bones.

Geng ini selalu mengendarai Harley Davidson bersama-sama tanpa peduli ke manapun mereka akan pergi.
Lulus dari SMA, Juna memutuskan untuk berkuliah di jurusan perminyakan.

Namun, setelah 3,5 tahun, Juna tak menyelesaikan kuliahnya karena terlalu nakal.

Bahkan, Juna sempat menjalani kehidupan yang luar biasa keras, dia pernah diculik, disiksa, hampir ditembak, dan overdosis.

Hingga suatu saat, Juna berubah pikiran dan berniat memperbaiki diri.

Pria bertato ini lalu memutuskan hijrah ke Amerika Serikat agar kenalakannya tak bertambah.

Sebagai bekal, Juna menjual motor Harley Davidson kesayangannya seharga Rp 40 juta di tahun 1998 dan hasilnya dipakai untuk biaya sekolah penerbangan di negeri Paman Sam.

Mengenal Chef Renatta Moeloek, Juri Masterchef Indonesia yang Sempat Belajar Kuliner di Perancis

Juna akhirnya pindah ke Brownsville, Texas, Amerika Serikat pada tahun 1997 untuk memperbaiki kehidupannya.

Di Negeri Paman Sam, Juna masuk sekolah penerbangan.

Dia pun berhasil lulus dan mendapat lisensi pilot.

Namun, sekolah penerbangannya ternyata bangkrut saat Juna sedang mengambil lisensi komersial.

Terpaksa, Juna pindah ke Houston untuk melanjutkan pelatihan.

Kesulitannya tak sampai di situ.

Pada tahun 1998, orang tua Juna mengalami kesulitan ekonomi lantaran krisis moneter.
Terpaksa, Juna harus mencari uang sendiri untuk biaya hidupnya.

Di sinilah secara tidak sengaja Juna mulai berkenalan dengan dunia masak.

Juna yang rela bekerja apa saja demi mempertahankan hidupnya di Amerika Serikat, akhirnya mendapat pekerjaan sebagai pelayan di sebuah restoran tradisional Jepang, bernama Miyako.

Gaji pertama yang diterima Juna adalah sebesar 1.000 Dollar AS per bulan.

Dikenal Saat Jadi Juri Master Chef, Ternyata Chef Arnold Masuk Daftar Anak Muda Terkaya di Asia

Angka tersebut relatif kecil untuk tinggal di AS karena ia harus membayar sewa apartemen dan biaya makan.

"Saya cuma bisa simpan 150 atau 200 dollar untuk makan sebulan. Pertama jadi pelayan sebagai pekerja ilegal, kan saya tidak punya izin kerja, izin tinggal juga sudah habis setelah 6 bulan," ujar Juna, dikutip TribunJabar.id dari Kompas.com.

Hingga setelah beberapa lama Juna bekerja di restoran itu, master sushi di sana menawarinya untuk menjadi murid.

Juna akhirnya menerima tawaran master sushi itu.

Oleh master sushi tersebut, Juna dilatih dari awal dengan metode yang sangat keras.

Pemilik restoran bahkan sampai kagum melihat kemampuan Juna.

 Juna lantas disponsori oleh restoran tempatnya bekerja untuk menjadi US Resident Green Card Holder dan diberikan kesempatan bekerja selama 5 tahun di restoran tersebut.

"Green Card Holder itu saya peroleh dari pekerjaan karena dinilai oleh pemerintah Amerika saya memiliki skill yang tidak dimiliki warga Amerika pada umumnya seperti sushi chef," ucapnya.

Singkat cerita, pada tahun 2001, Juna berhasil menjadi head chef atau kepala koki di restoran tersebut.

Pasalnya, master sushi yang melatih Juna pindah ke restoran lain.
Setelah hampir lima tahun Juna menjadi koki di restoran tersebut, dia memutuskan pindah restoran.

Chef Juna pindah ke restoran sushi nomor 1 di Houston yang bernama Uptown Sushi.

Di sana, Chef Juna menjadi Executive Chef.

Gaji yang didapatkan pun meningkat menjadi 4.000 Dollar AS per bulan.

"Tempatnya tidak jauh, sekitar 2 atau 3 blok dari tempat lama," kenangnya.

Jenuh dengan masakan Jepang, Chef Juna akhirnya memutuskan pindah ke Perancis.

Di sana, Chef Juna pindah ke sebuah restoran bernama French Laundry.

French Laundry dikenal sebagai restoran yang menerapkan standar tinggi.

Belajar lagi dari awal, Chef Juna dididik dengan sangat keras agar makanan yang dihasilkan terlihat cantik, namun tetap enak dan bergizi.

Setelah hampir 12 tahun tak pulang ke Indonesia, Juna kemudian memutuskan cuti ke Indonesia selama 3,5 bulan untuk mengamati kuliner tanah air.

Saat kembali lagi ke AS, Juna mendapatkan kabar bahwa teman-temannya akan membuat restoran yang menurutnya memiliki konsep yang benar. Ia pun tertarik.

"Konsep restoran yang benar itu dalam artian kalau kamu makan bisa melihat atau bertemu dengan chefnya. Restoran menengah ke atas yang selalu dipegang oleh bule, mau komplain makanan chef-nya tidak ada," kata Juna.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved