Mengenal Gramofon dan Piringan Hitam, Perangkat Musik Jadul yang Justru Banyak Dicari Kaum Milenial

Generasi milenial yang lahir di era digital dengan mudahnya bisa mendengarkan lagu hanya melalui platform musik digital yang menyediakan berbagai

Penulis: Putri Puspita Nilawati | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Putri Puspita Nilawati
Gramofon di Pasar Barang Antik Cikapundung 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita

TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Berkembanganya dunia digital membuat berbagai musik bisa lebih mudah didengarkan kapan dan dimana saja.

Jika generasi terdahulu harus mendengarkan musik dengan alat khusus yang ukurannya begitu besar berbeda dengan generasi muda masa kini.

Generasi milenial yang lahir di era digital dengan mudahnya bisa mendengarkan lagu hanya melalui platform musik digital yang menyediakan berbagai jenis lagu.

Di platform musik digital bahkan mereka bisa memiliih lagu yang mereka sukai dan ketika tidak suka mereka bisa melewatinya dengan mudah.

Berkembangnya teknologi membuat perubahan pesat bagi perangkat musik. Dibalik kemudahan yang mereka dapatkan saat ini justru ada sebagian orang yang kembali tertarik dengan perangkat musik analog.

Perangkat musik analog seperti gramofon dan piringan hitam justru kembali eksis oleh generasi milenial.

Gramofon adalah sebuah mesin yang digunakan untuk mereproduksi suara dan musik yang direkam pada piringan hitam.

Ditemukan oleh Thomas Alva Edison pada 1877, gramofon kini sudah jarang ditemukan dan menjadi barang antik.

Kolektor dan penjual barang antik The Barang Jadoel, Yoseph Tobing menunjukan bentuk gramofon yang Ia miliki di tokonya.

"Gramofon adalah alat pemutar musik pertama yang ada di dunia. Alat ini juga tidak membutuhkan listrik untuk suaranya, cukup diputar di bagian engselnya," ujar Yoseph saat ditemui di Pasar Antik Cikapundung, Jalan ABC Blok U-1, Braga, Kamis (14/3/2019).

Pembangunan SDN Baros Mandiri 3 Cimahi yang Mangkrak, Tahun Ini Segera Dilanjutkan

Kotak kayu berbentuk segi lima ini terdapat alat khusus untuk alat pemutar piringan hitam, sedangkan suaranya bisa muncul lewat alat yang terbuat dari tembaga berbentuk seperti terompet berukuran besar.

Yoseph pun menunjukkan bagimana proses bunyi yang dihasilkan dari Gramofon.

"Setelah piringan hitam terpasang, putar engsel hingga merasa berat, tidak perlu lama. Lalu tempelkan stylus bentuknya seperti jarum yang ada di pinggiran piringan hitam," ujarnya.

Stylus ini berfungsi untuk mencatat simpangan gelombang suara yang direkam di piringan hitam dan kemudian meneruskannya ke alat pengeras suara.

Lantunan suara musik dari piringam hitam pun akan terbaca, suara yang dihasilkan pun akan lebih jernih dibandingkan kaset pita suara.

"Piringan hitam yang digunakan untuk gramofon hanya mampu memutar piringan hitam yang memililki satu lagu saja," ujarnya.

Harga dari gramofon ini beragam ada yang mulai dari Rp5-20 juta. Gramofon paling mahal ada yang dibuat dari Swiss dan Jerman.

Warga Berharap PKL di Trotoar di Jalan Raya Bandung-Garut Bisa Segera Ditertibkan

Namun saat ini ada juga gramofon yang digunakan untuk properti, misalnya saja properti di kafe atau rumah , biasanya dijual dengan harga Rp 300.000.

Untuk perawatan gramofon, Yoseph mengatakan cukup mudah yaitu hanya dibersihkan dari debu saja.

Untuk kerusakan biasanya karena terlalu kencang ketika memutar bagian engselnya, sedangkan kerusakan piringan hitam karena adanya goresan akan membuat kualitas suara tidak berjalan halus semestinya.

"Kalau ada bagian piringan hitam yang tergores maka akan ada suara 'trek', tidak akan membuat suara jadi menggeol seperti kaset rusak," ucapnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved