Pedagang Oleh-oleh di Sumedang Resah, Hampir Setiap Hari Tak Ada yang Beli, Efek Tol Cipali
Isar Saripin (50) pemilik kios oleh-oleh khas Sunda di Jalan Raya Bandung Cirebon, Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang
Penulis: Hakim Baihaqi | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNJABAR.ID, SUMEDANG - Isar Saripin (50) pemilik kios oleh-oleh khas Sunda di Jalan Raya Bandung Cirebon, Desa Ciptasari, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, mengaku resah dengan pembangunan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Keberadaan lintasan Tol Cisumdawu, berada tepat di sebelah utara kios-kios makanan khas Sunda Kecamatan Pamulihan, tidak terkecuali kios kecil milik Isar Saripin, warga asli Kabupaten Sumedang.
Telah berjualan selama lebih dari 15 tahun, Isar bercerita, masa kejayaan para penjual oleh-oleh di jalan tersebut, pada saat belum adanya Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).
Isar menuturkan, pada masa sebelum Tol Cipali dibangun, setiap harinya, pengendara yang melintas ke Jalan Raya Bandung - Cirebon, kerap menepi untuk membeli makanan khas Sunda, mulai dari ubi Cilembu, peuyeum Bandug, kerupuk melarat, dan berbagai macam lainnya.
"Sebelum ada tol, terutama pada akhir pekan. Setiap mobil yang berbelanja itu paling sedikit 500 ribu," kata Isar kepada Tribun Jabar di kios miliknya, Jumat (1/3/2019).
Dari pantauan Tribun Jabar, di dalam kios miliknya, sejumlah etalase penyimpanan makanan pun tidak terisi penuh, bahkan peuyeum Bandung yang digantung pun hampir kedaluwarsa.
Kondisi sepi tersebut, membuat Isar hanya mampu terdiam di kursi kayu yang berada di dalam kios, sambil menunggu kedatangan para pembeli.
"Kalau sekarang, diwaktu akhir pekan, paling banyak dapat uang Rp 400 ribu. Kalo hari biasa sudah sering tidak dapat penglaris alias gak ada yang beli," katanya.
• Wawancara Khusus Gian Zola, Perjuangan Indonesia Meraih Gelar Juara & Trik Zola Jadi Pilihan Utama
Isar menuturkan, kalau ia sering mengalami kerugian, lantaran sejumlah produk oleh - oleh yang barang ia dapatkan dari pihak produsen atau agen mengalami kerusakan akibat terlalu disimpan.
"Sudah semakin rugi, tapi belum punya pilihan lain. Bertahan saja sambil menunggu keajaiban," katanya.
Pemilik kios lainnya, Sinah 54, salah satu produk andalan oleh-oleh tersebut, yakni adalah ubi Cilembu dan peyeum Bandung, namun saat ini hanya sering terpajang di etalase penjualan.
"10 tahun lalu, setiap harinya 50 kilogram bisa kejual, tapi sekarang, paling banyak dua sampai tiga kilo saja," kata Sinah.
• Cukur Rambut Muridnya, Guru di Maumere Gantian Dipangkas Paksa oleh Orangtua Murid