Plt Bupati Bertelanjang Kaki Menyeberangi Sungai Cibatu Halang, Puluhan Tahun Warga Menanti Jembatan
Kedatangannya ke sungai Cibatu Halang karena berita viral warga dan pelajar sekolah yang minta dibangunkan jembatan penyeberangan
Penulis: Ferri Amiril Mukminin | Editor: Seli Andina Miranti
Eroh mengatakan, ia kini hanya ibu lanjut usia yang berharap cucu-cucunya bisa bersekolah dengan aman tanpa harus was-was terseret air sungai.
Ia tak menampik jika setiap hari selalu khawatir melihat cucunya menyeberangi air sungai.
"Kalau langit sudah hitam, guru juga sudah mengerti, murid harus pulang cepat karena hujan akan turun," kata Eroh.
Eroh berharap cucunya kelak bisa sekolah dengan rasa aman.
"Di sini kami tak bisa apa-apa, mau minta juga sama siapa, saya berharap ada yang membangunkan jembatan untuk kami beraktivitas," kata Eroh.
Seorang warga lainnya, Lindasari (23), mengatakan, ia termasuk seorang yang tak melanjutkan sekolah setelah tamat dari sekolah dasar.
Jarak sekolah yang harus ditempuh dengan berjalan kaki selama dua jam menjadi alasannya untuk tak bersekolah.
"Ditambah lagi jalannya sangat rusak, bapak lihat kan tadi mau masuk ke kampung kami itu jalannya batu, naik turun, kalau hujan sudah licin," ujarnya menimpali pernyataan Ma Eroh.
Lindasari mengatakan, anak-anak sekarang beruntung sudah banyak motor dan bisa melanjutkan sekolah mereka meski terkadang sparepart motor harus sering diganti karena terhantam jalan rusak.
Seorang pemuda setempat, Zaenal Abidin (23), mengatakan, menjadi kebiasaan warga kampung untuk mensiasati jalan rusak berbatu agar motor tak cepat rusak adalah dengan mengganti rantai gir sepeda motor bebek mereka dengan nomor yang lebih besar.
• Kisah Aiptu Agus Hendra, Mengurus Anak-anak Yatim Piatu di Sela Tugasnya Jadi Polisi
"Jadi kalau di tanjakan itu minimal ada tenaganya, ga turun mundur lagi," katanya.
Tokoh masyarakat Desa Kubang, Didin (42), mengatakan, tidak adanya jembatan membuat aktivitas warga setempat harus melawan arus sungai untuk sampai ke seberang dari sejumlah kampung terutama anak sekolah.
"Setiap hari seratus orang lebih anak sekolah terpaksa melintas sungai untuk sampai ke sekolah di SDN Batuwates di Desa Cibanteng karena hanya sekolah tersebut yang paling dekat," katanya.
Selama ini, warga telah berkali-kali mengajukan permohonan untuk dibangunkan jembatan agar memudahkan warga.
Ia mengatakan, belum pernah ada aparatur pemerintahan yang datang ke wilayah terujung Cianjur yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor itu.