Tsunami di Selat Sunda
Vulkanolog ITB Sebut 4 Kemungkinan Penyebab Tsunami di Selat Sunda
Berdasarkan data sementara Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tsunami di Selat Sunda menelan 281 korban meninggal
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG- Ratusan orang meninggal dan ribuan orang luka-luka akibat tsunami di Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Berdasarkan data sementara Posko BNPB hingga Senin (24/12/2018) pukul 07.00 WIB, tsunami di Selat Sunda menelan 281 korban meninggal, 1.016 luka-luka ,dan 57 orang dinyatakan hilang.
"Sebanyak 11.687 orang mengungsi," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, via rilis yang diterima Tribun Jabar.
Gelombang tsunami di Selat Sunda ini menimbulkan banyak pertanyaan, apa penyebab sebenarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menduga ada dua peristiwa yang diduga pemicu gelombang tsunami di sekitar Selat Sunda tersebut, yakni aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau serta gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.
Hal itu pun masih dalam penyelidikan oleh pihak tertentu.
• Update Korban Tsunami di Selat Sunda: 281 Meninggal, 1.016 Luka-Luka, dan 57 Hilang
• Perempuan 40 Tahun Selamat dari Tsunami Setelah Panjat Pohon, Yang Terlihat Cuma Air Laut
Volkanolog ITB Dr Mirzam Abdurachman mengatakan bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau ini terus menggeliat akhir-akhir ini, lebih dari 400 letusan kecil terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
"Letusan besar terjadi pukul 18.00 WIB dan terus berlanjut hingga pagi ini. Bahkan letusannya terdengar hingga Pulau Sebesi yang berjarak lebih dari 10 km arah timur laut seperti dilaporkan tim patroli," katanya via keterangan tertulis, Minggu (23/12/2018).
Menurutnya, gunung yang terletak di tengah laut atau yang berada di pinggir pantai seperti Gunung Anak Krakatau ini sewaktu-waktu sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami.
"Volcanogenic tsunami bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api," ujar Mirzam Abdurachman.
Habibah Emak-emak yang Pasang Baliho Prabowo-Sandiaga Uno di Depan Rumah, Ternyata Bukan Orang Biasa https://t.co/CMfgoc9rKN via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) December 22, 2018
Ada 4 mekanisme menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.
Pertama, kolapnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut, seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.
Dua, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba.
Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikkannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut.
"Mekanisme satu dan dua ini pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883," katanya.
Tsunami tipe ini, ucapnya, seperti tsunami pada umumnya didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan
Tiga, material gunung api yang longsor bisa memicu perubahan volume air di sekitarnya. Tsunami tipe ini pernah terjadi di Gunung Unzen, Jepang tahun 1972.
Banyaknya korban jiwa saat itu hingga mencapai 15.000 jiwa disebabkan pada saat yang bersamaan sedang terjadi gelombang pasang.
Empat, aliran piroklastik atau yang sering dikenal wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi, bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai.
Tsunami tipe ini pernah terjadi saat Gunung Pelee, Martinique, meletus pada 8 Mei 1902.
Saat itu, aliran piroklastik Gunung Pelle yang meluncur dan menuruni lereng akhirnya sampai ke Teluk Naples, mendorong muka laut dan menghasilkan tsunami.
"Volcanogenic tsunami akibat longsor atau pun aliran piroklastik umumnya akan menghasilkan tinggi gelombang yang lebih kecil dibandingkan dua penyebab sebelumnya namun bisa sangat merusak dan berbahaya karena tidak didahului oleh surutnya muka air laut, seperti yang terjadi di Selat Sunda tadi malam," katanya.
Empat hal tersebut, ucapnya, masih perlu dilakukan penelitian dan pendalaman lebih lanjut.
"Diperlukan penelitian lebih lanjut buat memastikan penyebab utama tsunami di Selat Sunda," katanya. (Kontributor Bandung, Agie Permadi)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "4 Kemungkinan Penyebab Tsunami di Selat Sunda Menurut Vulkanolog ITB"
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/kerusakan-pesisir-pantai-di-anyer.jpg)