BREAKING NEWS: Ada Jejak Longsor di Lereng Barat Daya Gunung Anak Krakatau

Material lepas di lereng Gunung Anak Krakatau ini menjadi runtuh dipicu oleh dua faktor, yakni hujan deras dan tremor.

Penulis: Ravianto | Editor: Ravianto
TRIBUN JABAR/Yongky Yulius
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir Rudy Suhendar menjelaskan kepada wartawan mengenai longsor. Gambar diambil di ruang informasi gedung Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (6/2/2018). 

TRIBUNJABAR.ID, PANDEGLANG - Ada jejak longsor di lereng barat daya Gunung Anak Krakatau dalam tsunami di Selat Sunda yang menewaskan setidaknya 222 orang.

Informasi ini disampaikan Rudy Suhendar, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam wawancara di stasiun televisi MetroTV, Minggu (23/12/2018).

"Ada jejak longsor di lereng barang daya Gunung Anak Krakatau," kata Rudy Suhendar.

Seperti diketahui, Gunung Anak Krakatau menunjukkan aktivitas lewat letusan sejak Juni 2018.

Sejak itu, hampir setiap hari Gunung Anak Krakatau erupsi.

"Hasil material letusan itu diendapkan di lerengnya sehingga terjadi penumpukan dan materialnya masih bersifat lepas," kata Rudy Suhendar.

Material lepas di lereng Gunung Anak Krakatau ini menjadi runtuh dipicu oleh dua faktor, yakni hujan deras dan tremor.

"Mungkin juga pada saat itu ada getaran dari gunung itu sendiri sehingga terjadi longsor, tremor ini membantu longsornya lereng," kata dia.

Mengenai kemungkinan ada longsor bawah laut, Rudy Suhendar mengaku belum mendapatkan datanya.

Sementara mengenai longsor di lereng barat Gunung Anak Krakatau, Rudy Suhendar menyatakan mereka mendapatkan data melalui citra satelit.

Citra satelit itu lantas dibandingkan antara sebelum terjadi tsunami dan setelah terjadi tsunami di Selat Sunda.

Sementara itu, ahli geologi yang pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Surono memberikan analisanya terkait tsunami di Selat Sunda yang menelan korban tewas 222 orang, Sabtu (22/12/2018).

Surono atau Mbah Rono ragu jika tsunami di Selat Sunda terjadi karena letusan Gunung Anak Krakatau.

"Kecil kemungkinan dari letusan Gunung Anak Krakatau, karena harus ada abunya," kata Surono dalam wawancaranya dengan stasiun televisi, MetroTV, Minggu (23/12/2018) malam.

Menurut Mbah Rono, Gunung Anak Krakatau juga bukan tipe yang mengeluarkan awan panas dalam jumlah besar untuk bisa menimbulkan tsunami dengan energi seperti yang menerjang Pandeglang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved