Sebulan Berlalu, Ini Kondisi Sekarang di Palu, Tim ACT Masih Bertahan Membantu Korban

Sebulan berlalu, ini kondisi terkini Palu dan sekitarnya. Tim dari ACT masih bertahan di sana untuk membantu para korban.

Editor: taufik ismail
istimewa
Rumah dan mobil yang hancur karena likuefaksi. 

“Biarkan saja di situ kapalnya, biar jadi museum. Jadi pengingat pernah ada tsunami besar di Kota Palu,” kata Aco, penyintas tsunami yang selamat. Rumahnya di belakang Pelabuhan Wani rata dengan tanah dihajar gelombang tsunami.

Kapal terdampar akibat tsunami Palu.
Kapal terdampar akibat tsunami Palu. (istimewa)

Setelah sebulan berlalu, di antara rasa getir dan harapan yang bercampur, juga ada asa untuk pulih dan bangkit. Seperti semangat yang tertoreh bersama senyum ramah Candaprasta (12), penyintas likuefaksi di wilayah Sibalaya Utara, Kecamatan Tanambulava, Kabupaten Sigi.

Sore itu, Canda, panggilan akrabnya membagi semangatnya, bercerita tentang likuefaksi yang meruntuhkan rumah dan sekolahnya.

“Rumahku runtuh, diguncang gempa. Kalau sekolahku SD Inpres Sibalaya Selatan hanyut. Sekolahku dibawa air (lumpur) dan sudah hanyut. Aku tidak punya lagi seragam sekolah, buku, jilbab, Alquran, (buku) iqro, dan perlengkapan sekolah lainnya. Aku mau sekolah lagi, mau punya rumah baru lagi,” ujar Canda membagi asanya, sebulan setelah gempa bergegar hebat.

Ada juga semangat untuk bangkit meski dipupuk dengan air mata oleh Andayani, seorang ibu berusia 35 tahun asal Dusun 1, Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi.

Tepat di hari ulang tahun sebulan pascagempa, Andayani menitipkan harapannya yang sederhana.

“Kami ini sudah sebulan tinggal di tenda. Tidak mengharap banyak. Kami ingin seperti dulu, tapi bukan ingin punya rumah. Kami hanya ingin anak-anak tetap sekolah. Tidak banyak berharap. Cuma itu saja. Makanan, obat-obatan. Karena anak-anak masih kecil, yang balita, kan, tidak tahu apa-apa,” kata Andayani, sembari meluapkan air matanya.

Andayani mengisahkan pula tentang rumahnya yang hancur akibat guncangan gempa, Jumat (28/9/2018) sebulan silam. “Rumah kami runtuh total. Tidak ada lagi biar satu tiang berdiri. Tidak bisa dihuni lagi,” ujarnya.

Andayani tak mengharap muluk. Sebulan setelah gempa, ia tak berhenti mengucapkan syukur.

“Untuk sekarang ini alhamdulillah sudah sangat cukup di tenda seperti ini. Biarlah dulu begini hanya punya tenda. Yang penting makanan tercukupi. Karena anak-anak, kan, juga banyak di sini. Kalau kami orang tuanya masih bisa makan pisang, pepaya. Namun untuk anak-anak, kan, dia tidak tahu apa-apa, mereka tidak tahu mengapa hidup susah begini setelah gempa,” kata Andayani, sekali lagi menyeka air matanya.

Satu bulan terlewati, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menghitung jumlah pengungsi di seantero Palu-Sigi-Donggala mencapai 206.524 jiwa. Statistik pilu lain menyatakan gempa, tsunami, dan likuefaksi menyebabkan 2.086 korban meninggal dunia, sementara korban hilang mencapai 1.309 jiwa.

Bergegas memulihkan Palu-Sigi-Donggala, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) juga masih terus berjibaku, bergerak dari desa ke desa, dari kecamatan ke kecamatan. Aksi kemanusiaan dipastikan merata dari posko-posko kemanusiaan ACT yang tersebar di Palu, Sigi, Donggala, bahkan sampai ke Parigi Moutung.

Shelter yang dibangun ACT di Palu.
Shelter yang dibangun ACT di Palu. (istimewa)

Menjejak hitungan sebulan pascagempa, upaya membangun kembali hunian bagi ribuan pengungsi juga sudah dimulai oleh ACT. Sampai Minggu (28/10/2018) sudah ada lima lokasi Integrated Community Shelter (Hunian Nyaman Terpadu) yang bakal dibangun ACT untuk penyintas gempa, tsunami dan likuefaksi.  

Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT, mengatakan, lokasi ICS ACT tersebar di wilayah Palu, Sigi, hingga Donggala.

“Hunian Nyaman Terpadu ACT akan berdiri di Kelurahan Duyu, Kota Palu, lalu di Desa Sibalaya Utara, Kabupaten Sigi, ada juga di Desa Lolu, Kabupaten Sigi. Sementara itu lokasi ICS lain Insya Allah akan diupayakan di Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Petobo, Kota Palu,” kata Syuhelmaidi.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved