Perajin Kuali di Cirebon Mengaku Sengsara, Modal dan Tenaga Tak Sebanding dengan Keuntungan
Satu kuali rata-rata dibuat selama empat jam. Ukuran maksimal kuali berdiameter 80 centimeter.
Penulis: Siti Masithoh | Editor: Ichsan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Siti Masithoh
TRIBUNJABAR.ID, CIREBON - Ketika memasuki Desa Serang, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, terdengar suara besi yang ditabuh keras.
Suara itu terdengar saling bersahutan dari setiap rumah yang ada di sana.
Beberapa pria tengah duduk sambil memukul drum menggunakan palu besar. Mereka sedang membuat kuali yang terbuat dari drum.
• Warga di Ibun Kabupaten Bandung Sulit Air Bersih, Pemerintah Belum Sekalipun Membantu
Sejak puluhan tahun, mayoritas masyarakat di sana membuat kuali.
Mereka biasa menjual kualinya ke berbagai kota, di antaranya Surabaya, Pekalongan, Bandung, dan Majalengka.
Dapat Email atau SMS dari BKN Terkait Dokumen Pendaftaran CPNS 2018 'Corrupt'? Tenang, ini Solusinya https://t.co/HWu4QUqjT3 via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) October 14, 2018
Para perajin mengaku bahwa kuali buatannya yang dibuat manual tersebut awet dan kuat.
Dalam sehari, rata-rata perajin mampu membuat tiga hingga empat kuali.
"Biasanya satu kuali kami jual Rp 100 ribu. Pembeli ada yang datang langsung, kadang kami yang menjualnya," ujar seorang perajin kuali, Demak (50), saat ditemui di Desa Serang, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, Minggu (14/10/2018).
Satu kuali rata-rata dibuat selama empat jam. Ukuran maksimal kuali berdiameter 80 centimeter.
Demak yang sudah membuat kuali sejak umur 12 tahun mengaku hanya mendapatkan untung sedikit.
"Sengsara membuat kuali seperti ini, modal besar, tenaga besar tetapi tidak sesuai dengan penghasilan. Kami kan manual, drum harus kami bentuk menggunakan alat. Tentunya itu membutuhkan tenaga yang besar," katanya.
Ia menambahkan, untuk membuat kuali setidaknya harus mengeluarkan modal untuk membeli alat-alat serta drum.
Orang yang membeli kuali langsung biasanya memesan terlebih dahulu.