Cerita Eks Preman yang Lolos dari Petrus, Lihat Karung Ditembaki dan Dibuang ke Hutan
Desas-desus dalang di balik operasi ini yang tidak lain adalah pemerintah Soeharto ini pun merebak.
Soedomo lalu mengadakan pertemuan dengan polisi dan tentara. Berbagai operasi kemananan pun dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia.
Kepala Kepolisian RI saat itu, Awaloedin Djamin menjelaskan bahwa, Opersi Sikat, Linggis, Pukat, Rajawali, Cerah dan Parkit di wilayah Indonesia berhasil menangkap 1.946 penjahat hingga September 1982.
Di masa orde baru, para preman atau residivis yang melakukan berbagai kejahatan, biasa disebut gali (gabungan anak liar).
Salah satu gali yang berhasil selamat dari petrus adalah Bathi Mulyono atau BM.
• Ucapan Benny Moerdani yang Membuat Soeharto Marah
Saat itu, Bathi masih berusia 35 tahun dan 35 tahun berkedudukan sebagai ketua Fajar Menyingsing - sebuah organisasi himpunan mantan narapidana se-Jawa Tengah dan Yogyakarta yang dibentuk pada 1983 dengan jumlah anggota 6000 orang.

Menurut Bathi, saat operasi petrus meletus, dari 1983 hingga 1985, setidaknya 900 kawannya meninggal mengenaskan.
"Ada yang ditemukan 12 peluru di tubuhnya, ada pula yang tewas karena ditembak mulutnya, mayatnya ada yang dibuang di jalan dan kebanyakan diletakkan di depan rumah korban masing-masing," ujarnya, seperti dikutip dari Tribun Jateng.
Dalam buku Benny Moerdani Yang Belum Terungkap disebutkan, rumah Bathi di Semarang pernah disatroni sekelompok orang pada awal 1983.
Istri Bathi yang saat itu sedang mengandung ditodong orang-orang bersenjata laras panjang tersebut.
Rumahnya pun digeledah, tapi mereka tidak berhasil menemukan Bathi.
Setelah kejadian itu, Bathi bersembunyi di berbagai tempat.
Ia pergi ke Malaysia, Singapura, dan Brunei.
"Saya punya paspor lima dengan nama yang berbeda-beda," kata Bathi.
Ia juga sempat bersembunyi di Gunung Lawu selama satu setengah tahun.
Suatu hari, Bathi turun gunung ke Blora, kemudian ke Rembang.