Pilpres 2019
Kubu Prabowo Optimistis Salip Jokowi, Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Tanggapi Begini
Survei yang dirilis SMRC, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 60,4 persen. Sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8 persen.
TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Moeldoko tidak mempersoalkan optimisme kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam menyalip elektabilitas Jokowi-Ma'ruf menjelang Pemilihan Presiden 2019.
"Oh ya mereka optimis, kami juga lebih optimis lagi," ujar Moeldoko seperti dikutip Tribun Jabar dari Kompas.com, saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Selasa (9/10/2018). Bahkan, merujuk pada survei elektabilitas SMRC, baru-baru ini, Moeldoko optimistis elektabilitas Jokowi-Ma'ruf akan lebih tinggi dari itu.
Diketahui, survei yang dirilis SMRC, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf mencapai 60,4 persen.
Sementara elektabilitas Prabowo-Sandiaga sebesar 29,8 persen.
• DPRD Kota Tasikmalaya Sebut Perlu Ada Regulasi Perekrutan THL di Lingkungan OPD, Dipandang Liar?
• Sekarini Purwadani, Anggota Mojang Dadali Satpol PP Bandung, Siap Amankan Kota
• Miftahul Jannah Atlet Judo Indonesia Didiskualifikasi Karena Pakai Jilbab, Ini Sikap Menpora
Saat ditanya bagaimana cara agar elektabilitas Jokowi-Ma'ruf terjaga sekaligus menanjak, Moeldoko mengatakan, Tim Kampanye Nasional sudah merumuskan suatu strategi hingga pelaksanaan Pilpres bulan April 2019 mendatang.
"Itu kami sudah punya strateginya. Tapi yang namanya strategi, enggak boleh dong ya diomongin. Tapi kami optimis sangat," ujar Moeldoko.
Diberitakan, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak menilai, hasil survei yang menunjukkan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga di bawah elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin adalah hal yang wajar.
Menurut Danil, berkaca pada penyelenggaraaan pilkada, hasil lembaga survei seringkali tidak tepat dan justru calon petahana yang kalah meski elektabilitasnya berdasarkan survei tinggi.
"Wajar bila petahana surveinya lebih tinggi, dan itu terjadi di banyak tempat. Namun belakangan ini terlalu sering lembaga survei salah dan hasil akhirnya adalah petahana kalah," ujar Dahnil kepada Kompas.com, Senin (8/10/2018).
"Dengan berbagai sumber daya yang dimiliki, mulai dari uang, birokrasi dan lainnya, biasa saja, petahana jamak memang awalnya lebih tinggi hasil surveinya," kata dia.
Dahnil mencontohkan fenomena pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
Saat itu, banyak hasil survei menyatakan elektabilitas Fauzi Bowo sebagai petanaha selalu lebih tinggi dibandingkan Joko Widodo.
Hasilnya, perolehan suara pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama lebih unggul.
Hal yang sama, kata Dahnil, juga terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017.
Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno berhasil terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur meski banyak hasil survei menyatakan sebaliknya. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kubu Prabowo Optimistis Salip Jokowi, Moeldoko Siapkan Strategi Khusus"