Gempa Donggala
Cerita Alfred Lande Selamat dari Gempa Palu: 'Terlambat Lima Detik, Saya Jadi Mayat'
Untung Alfred tidak memilih jalan ke arah kiri hotel. Bila Alfred memilih jalan tersebut atau terlambat lima detik saja, bisa jadi ia tewas.
Penulis: Indan Kurnia Efendi | Editor: Kisdiantoro
"Di sana sini kami harus melompat karena tanah terbelah akibat gempa. Setelah sekitar 20 menit berjalan di sela rerumputan, kami tiba di jalan raya yang menuju ke gunun," katanya.
"Sambil berlari menyelamatkan diri, suara tangisan dan pengharapan kepada Sang Pencipta terus terdengar. Ucapan “Allahu Akbar, Tuhan Yesus tolong kami, dan kata-kata penyerahan diri lainnya terus bergema sambil berlari. Semuanya seperti tersadar begitu kecilnya keberadaan manusia dalam kondisi dan kekalutan seperti itu," tulis Alfred.
"Semakin malam, suasana semakin mencekam. Sebagian besar pengungsi di perbukitan Donggala Kodi tanpa keluarga yang lengkap. Rata-rata terpencar mencari selamat. Begitu ada di ketinggian baru sadar bahwa anggota keluarganya ada yang tertinggal di bibir pantai. Seorang ibu yang memegang dua anaknya yang masih bayi, sambil menangis memanggil-manggil suaminya. Ternyata, setengah jam sebelum terjadi peristiwa itu, suaminya turun ke laut untuk memancing," tambahnya.