Benny Moerdani Dipecat dari Kopassus, Mati-matian Bela Anak Buahnya yang Berkaki Satu
Akibat sikapnya, Benny Moerdani dikeluarkan dari RPKAD, begitu pula dengan Agus Hernoto.
Penulis: Fidya Alifa Puspafirdausi | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID - Letnan satu Agus Hernoto harus kehilangan salah satu kakinya saat masih bertugas di Batalion I Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau saat ini dikenal dengan sebutan Kopassus.
Agus Hernoto bertempur dalam Operasi Benteng I dalam rangka pembebasan Irian Barat.
Kaki Agus Hernoto terkena peluru dari tentara Belanda.
Dijelaskan dalam buku Legenda Pasukan Komando: Dari Kopassus sampai Operasi Khusus, anak buah Agus berusaha untuk membopong dan menyelamatkan komandannya.
Namun, Agus Hernoto memilih jalan lain.

Ia tak ingin pergi dari medan pertempuran hingga akhirnya tertangkap dan ditawan oleh tentara Belanda.
Pasukan Belanda memperlukan Agus Hernoto sesuai Konvensi Jenewa.
Ia sebagai tahanan perang dirawat hingga sembuh tapi kakinya terpaksa diamputasi karena luka tembak itu sudah membusuk.
Agus Hernoto bertahan hidup dan Irian Barat jatuh ke tangan Indonesia.
• Meski Paceklik Gol, Sergio Aguero Justru Dapat Kontrak Baru dari Manchester City
• Viking Siapkan Koreografi Spesial di Laga Persib Bandung Vs Persija Jakarta Nanti
Namun, kabar buruk bagi Agus Hernoto muncul dari Komandan RPKAD Kolonel Moeng Parhadimuljo.
Ia mengeluarkan kebijakan baru untuk memensiunkan perwira cacat dari kesatuan.
Namun, Benny Moerdani sebagai pemimpin Batalion I RPKAD menentang kebijakan tersebut.
Melansir dari buku Benny Moerdani yang Belum Terungkap, Benny Moerdani bersikap menolak karena tahu keputusan itu akan berdampak pada anak buahnya, Agus Hernoto.
Benny Moerdani bersikukuh pada sikapnya dan membela Agus Hernoto mati-matian.

Akibat sikapnya, Benny Moerdani dikeluarkan dari RPKAD, begitu pula dengan Agus Hernoto.
Pada 4 Januari 1965, Benny menerima suratdari Panglima TNI Angkatan Darat Letnan Jenderal Ahmad Yani.
Benny diminta menghadap Ahmad Yani di Markas Angkatan Darat.
Pertemuan tersebut berlangsung tegang, Ahmad Yani gerah melihat ulah Benny yang menentang komandannya sendiri.
Akhirnya, Benny Moerdani dipindahkan ke Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto.
Meski kecewa Benny Moerdani tetap menerima keputusan tersebut.
• Singkirkan Chen Long, Anthony Sinisuka Ginting Melaju ke Semifinal China Open 2018
• Sule Tetap Nafkahi Lina dan Mertua Meski Istri Pergi dari Rumah, bahkan Biayai Umrah Saudara Lina
Benny Moerdani mencopot semua atribut kesatuan komando dan mengembalikan baret merah ke kesatuan.
Setelah ditempatkan di Kostrad, Benny menjadi perwira tanpa jabatan fungsional.
Kemudian, ia bertemu dengan Ali Moertopo, yang pernah satu pasukan dengan di Komando Mandala Singa.
Saat itu, Ali Moertopo menjabat sebagai Wakil Asisten Intelijen Kostrad berpangkat letnan kolonel.
Bagaikan juru selamat, Ali mengajak Benny bergabung di timnya.
Benny menjabat Wakil Asisten Intelijen komando Tempur Satu di Medan.
Kepindahannya ke Kostrad menjadi awal karirnya di dunia intelijen.
Sementara itu, Agus Hernoto yang telah dipecat dari RPKAD bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa atau Pasukan Pengawal Presiden RI Soekarno.
• Tiket Laga Persib Bandung VS Persija Ludes, Mario Gomez: Ini Pertandingan Besar
• Mario Gomez Sebut Duel Persib Bandung Vs Persija Jakarta Ibarat Derby di Spanyol
Kemudian, Agus ditarik oleh Benny untuk bergabung di unit intelijen Kostrad.
Sejak saat itu, Agus melanjutkan karir militernya di dunia intelijen bersama Benny dan Ali.
Agus dan Benny bergabung dengan Operasi Khusus (Opsus) yang dipimpin oleh Ali Moertopo.
Keduanya bertanggung jawab langsung kepada Presiden Soeharto.
Agus menjadi orang kepercayaan Ali Moertopo dan Benny Moerdani.
Bila ada yang ingin bertemu dengan Ali dan Benny maka harus melalui Agus.
Di dalam Opsus, Agus bertugas menjadi semacam Komandan Detasemen Markas (Dandenma) yang mengatur segala hal terkait operasi-operasi Opsus.
Agus juga terlibat dalam berbagai misi Opsus di Irian Barat dan Timor Timur.
Bahkan, Agus sempat mendapatkan penghargaan tertinggi di militer, yakni Bintang Sakti.