Pilpres 2019
Soal Politik Dua Kaki, Dedi Mulyadi: Antara Penderita Hernia, Pengantin Sunat, dan Pelanggan Ojeg
Menurut Dedi Mulyadi , fenomena tersebut tidak perlu ditanggapi serius. Apalagi orang Jawa Barat memiliki rasa humor yang tinggi
Penulis: Ichsan | Editor: Tarsisius Sutomonaio
TRIBUNJABAR.ID- Fenomena politik dua kaki yang dijalankan Partai Demokrat mengundang perhatian banyak pihak.
Selain para pengamat, Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi pun turut memberikan tanggapan terkait fenomena itu.
Meski sudah dibantah oleh Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, faktanya konstelasi Demokrat terpecah.
Hal ini dibuktikan dengan deklarasi kepala daerah yang berasal dari partai berlambang bintang mercy itu untuk mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf. Padahal, secara resmi Partai Demokrat termasuk pengusung pasangan Prabowo-Sandiaga Uno.
Menurut Dedi Mulyadi , fenomena tersebut tidak perlu ditanggapi serius. Apalagi orang Jawa Barat memiliki rasa humor yang tinggi untuk menjelaskan situasi yang tengah mendera Partai Demokrat.
Politik dua kaki, kata dia, diistilahkan orang Jawa Barat dengan sebutan ‘Ngajegang’. Secara teknis, dia memisalkan posisi kaki seseorang yang sedang ‘ngajegang’. Kaki kiri ditarik ke arah kiri, begitupun kaki kanan ditarik ke arah kanan.
• Ridwan Kamil Sebut Tim Persib Bandung Musim Ini Sama Seperti Skuat Juara di LSI 2014
• FIFA Sedang Godok Aturan Baru, Chelsea dan Juventus Diyakin Bakal Pusing
“Akibat posisi kaki yang seperti itu, orang yang ‘ngajegang’ memiliki keterbatasan pergerakan. Dia sulit berlari ke tujuan,” kata Dedi Mulyadi di kediamannya di Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Purwakarta, Jumat (14/9/2018).
Dedi Mulyadi menjelaskan selera humor orang Jawa Barat soal posisi ‘ngajegang’. Posisi tersebut terpaksa harus dialami oleh penderita ‘burut’ (hernia).
Beban berat di bagian tengah selangkangannya harus ditanggung oleh mereka. Akibatnya, penderita hernia mengalami kesulitan saat berjalan.
“Artinya, para pemain politik dua kaki itu patut diberikan empati. Untuk berjalan saja mereka butuh bantuan. Ada beban berat luar biasa di bagian tengah tubuhnya,” katanya.
Rasa sakit dan ngilu pun menjangkiti para pengantin sunat. Karena itu, usai disunat mereka biasanya mengenakan kain sarung yang sudah dipasang sabut kelapa di bagian tengahnya.
Hotman Paris: Hampir 4 Tahun Kemenpora Tak Berani Laporkan Roy Suryo ke Polisi https://t.co/q4Or6gzQtY via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) September 13, 2018
Setali tiga uang dengan penderita hernia, pengantin sunat pun berjalan ‘ngajegang’.
“Anak sunat usia 5 sampai 7 tahun kan biasanya begitu juga ya. Tradisi orang Jawa Barat mah kan pengantin sunat pasti pakai sarung yang ada sabut kelapanya. Mereka berjalan sangat hati-hati karena ngilu pasti, kalau sampai tergores bahkan bisa sakit,” ujarnya.
Pelanggan ojeg tak luput dari guyonan keseharian Orang Jawa Barat yang memang berkarakter humoris. Ojeg menurut Orang Jawa Barat merupakan akronim dari ‘Ongkos Ngajegang’.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jabar/foto/bank/originals/dedi-mulyadi_20180914_073530.jpg)