Jalur Tol Cigatas Diubah, Tak Lewat Cileunyi dan Akan Diperpanjang sampai Cilacap
Penjabat Gubernur Jabar, Mochamad Iriawan, mengatakan koneksi dua tol ini akan mempersingkat jarak distribusi barang dari Priangan Timur
Penulis: Muhamad Syarif Abdussalam | Editor: Ravianto
TRIBUNJABAR.ID, BANDUNG - Jalan Tol Bandung-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-Cilacap yang tengah dalam proses studi kelayakan atau feasibility study, diharapkan terkoneksi dengan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu).
Penjabat Gubernur Jabar, Mochamad Iriawan, mengatakan koneksi dua tol ini akan mempersingkat jarak distribusi barang dari Priangan Timur atau Jabar bagian selatan dengan kawasan di pantai utara Jabar, dan sebaliknya.
"Jadi nantinya sayuran yang selama ini berasal dari Garut, Pangalengan, dan lainnya, bisa langsung ke Cirebon tanpa harus ke pasar induk di Jakarta dulu. Kalau selama ini dikirim ke Jakarta dulu, baru ke Cirebon," kata Iriawan di Gedung Sate, Rabu (15/8).
Dengan terkoneksinya dua tol tersebut, bahkan dengan Tol Purbaleunyi, distribusi logistik bisa lebih cepat dan murah, dan berujung pada pelambatan laju inflasi.
Hal ini disebabkan kian murahnya biaya transportasi.
Iriawan mengatakan tol ini rancana awalnya hanya memiliki panjang 72 kilometer, menjadi penghubung dari Bandung sampaiTasikmalaya.
Namun hasil kajian lebih lanjut, tol ini akan dimulai dari KM 146 Tol Purbaleunyi di Gedebage, menuju Majalaya, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, dan Cilacap.
• Kisah Abah Entis, Tentara Siluman yang Luput dari Perhatian Pemerintah
• Dimasukkan Jok Motor saat Dibawa ke Puskesmas, Bayi di Mojokerto Tewas
• Sumanto Si Kanibal Bandingkan Enak Mana, Makan Kerupuk atau Daging Cicak saat Lomba 17-an
"Akhirnya gerbang tol tidak di Cileunyi, tapi nanti ada interchange ke Gedebage dan Majalaya yang merupakan pusat industri juga. Ada 40 lebih industri di Majalaya dan kita ingin logistik bisa lancar dan cepat," ujarnya.
Walau di Cilacap terdapat pelabuhan, katanya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat pun menginginkan pendirian pelabuhan di Jawa Barat, selain Patimban di Kabupaten Subang yang tengah dalam pembangunan.
Pelabuhan di selatan Jabar ini, katanya, bisa terintegrasi dengan Tol Bandung-Cilacap tersebut.
"Kemarin sudah direspon pusat. Wapres waktu ke Bandung juga menyambut baik. Nanti juga ada tol dari Sukabumi ke Cianjur dan berakhir di Padalarang, ini bisa realisasi 1 atau 2 tahun ke depan. Kalau Tol Bandung ke Cilacap, kita dorong supaya tahun ini ground breakingnya," ujarnya.
Iriawan meminta masyarakat untuk selalu mendorong program infrastruktur pemerintah.
Jika didukung, katanya, masyarakat akan mendapat keuntungan perkembangan ekonomi, walau barubakan ditempuh dalam jangka panjang.
Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa, mengatakan dari hasil Feasibility Study yang selesai pada 2016, Tol Cigatas akan mengalami perubahan jalur dan kemungkinan namanya bukan lagi Cigatas karena tidak akan melewati Cileunyi.
Berdasarkan hasil review feasibility study pada 2016, daya dukung lahan dan lingkungan tol ini ternyata tidak pas jika jalan Cigatas memiliki rute Cileunyi, Garut, dan Tasikmalaya.
"Karena kalau itu dilakukan, maka di Cileunyi terjadi traffic jam. Pasalnya, jalur tersebut melewati Ujungberung, Rancekek, dan Sumedang," kata Iwa di Gedung Sate, Kamis (9/8).
Untuk menghindari traffic jam tersebut, kata Iwa, Pemprov Jabar mencoba berkoordinasi dengan 9 kepala daerah di wilayah bagian selatan.
Yakni, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Garut, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Pangandaran.
"Ternyata semua sepakat jalur ini sangat penting untuk dibangun," katanya.
Untuk meningkatkan efek ekonomi lebih jauh, hasil Feasibility Study itu menetapkan jalur Cigatas diawali dari Gedebage yang sudah menjadi bagian dari conectivity BIUTR. Bahkan, pembangunannya sudah selesai 2,1 kilometer.
"Dan untuk meningkatkan ekonomi di Majalaya. Maka jalur Cigatas diubah jadi Gedebage, Majalaya, Garut, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar," kata Iwa yang menyatalan belum ada nama baru selain Cigatas.
Pemprov Jabar, katanya, bahkan telah menyosialisasikan proyek tersebut dengan Menteru Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Khususnya, dengan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
"Kami mendapat respon sangat baik. Dari pusat. Nilai proyeknya, sementara sekitar Rp 5 triliun sampai Rp 8 triliun. Tapi rencananya kemungkinan akan dilanjutkan sampai ke Cilacap. Kalau ke Cilacap bisa puluhan triliun," ujar Iwa.
Iwa mengatakan untuk membiayai proyek tersebut sebagian besar menggunakan dana investasi swasta. Saat ini, proyek tersebut sedang dalam proses pemrakarsa dan lelang investasi.
Iwa berharap, lelang investasi bisa dilakukan tahun ini. Sehingga, proses pembebasan lahan, proses DED (detail engineering design) dan detail lainnya bisa diselesaikan. Pihaknya menargetkan 2022 atau 2023 jalan tol ini sudah bisa beroperasi.
Terkait panjang jalan tol, menurut Iwa, ada 3 alternatif. Yakni, mulai dari 107 kilometer sampai dengan 126 kilometer sampai Banjar. Iwa optimistis jika jalan tol ini selesai dibangun akan menyelesaikan masalah kemacetan di Rancaekek.
Iwa mengatakan saat ini prosesnya masih lelang investasi. Setelah itu, akan dihasilkan Badan Pengelola Jalan Tol. Kemudian, ada sharing anggaran tanah dari pemerintah pusat. (Sam)