Penjelasan LAPAN Soal Gerhana Bulan Total: Dijuluki Blood Moon dan Bisa Diamati Mata Telanjang
Emanuel Sungging, mengatakan, fenomena GBT itu dapat diamati dengan mata telanjang selama cuaca tidak berawan.
Penulis: Yongky Yulius | Editor: Yudha Maulana
"Terjadi pada tanggal 28 Juli 2018 dini hari. Sekitar pukul 00.14 WIB mulainya. Puncak gerhananya mulai jam tiga dini hari," ujar Emanuel Sungging.
Dapat Diamati Mata Telanjang
Fenomena gerhana bulan total (GBT) rupanya dapat diamati dengan mata telanjang.
Emanuel Sungging, mengatakan, fenomena GBT itu dapat diamati dengan mata telanjang selama cuaca tidak berawan.
"Enggak harus pakai peralatan khusus karena itu fenomena biasa. Kita bisa mengamati di manapun dari Indonesia sepanjang tidak berawan. Bisa diamati mata telanjang asal tidak berawan," ujarnya saat ditemui Tribun Jabar di kantornya, Jalan Dr Djunjunan nomor 133, Pasteur, Kota Bandung, Kamis (26/7/2018).
Paling ideal, GBT bisa disaksikan saat bulan bergerak naik, di titik tertinggi pada pukul, 03.21 WIB, Sabtu (28/7/2018).
Pada jam itu, GBT disebut akan memasuki totalitasnya.
• Pertanyakan Sanksi untuk Bojan Malisic dan Hariono, Mario Gomez Heran Persib Kerap Dianaktirikan
"Saya lupa detilnya. Penampakannya nanti hampir sama seperti gerhana bulan lainnya, pertama mulai memasuki gelap, lalu kelihatan agak semburat merah, bulan terlihat agak merah," ujarnya.
Lebih lanjut Emanuel menjelaskan, GBT nanti juga akan menjadi yang terlama durasi totalitasnya dibanding gerhana bulan lain sepanjang abad ke-21.
Durasi totalitasnya akan mencapai sekitar 103 menit.
"Mengapa terlama? Karena dia berada di tengah umbra, pada lintasan yang paling panjang dalam bayangannya. Kontak awalnya sekitar pukul 00.14 WIB. Kemudian mulai pelan memasuki bayang penumbra atau bayang semu. Masuk kontak totalitas sampai antara jam 2 jam 3," ujarnya.