Kapal Terbalik di Danau Toba
Nahkoda KMP Sumut II Beri Penjelasan Mengapa Hanya Menolong 3 Korban KM Sinar Bangun
Bahkan seorang anggota keluarga korban mengutarakan kekecewaanya terhadap kapten kapal KMP Sumut yang saat itu membantu menyelamatkan beberapa korban.
Sedangkan penumpang yang dinyatakan hilang mencapai 192 orang.
Seorang Warganet pun turut mengunggah kemarahannya ke media sosial Facebook.
"Seorang nakhoda yg tak punya hati nurani. Masih bisakah anda bernafas dengan tenang setelah meninggalkan para korban yg menjerit minta tolong yg seharusnya masih bisa tertolong??TERLALU SADIS..." tulis akun Facebook Yulia Nainggolan, Kamis (21/6/2018).
Selain Yulia Nainggolan, sebuah akun Facebook Jetro Sirait juga turut mengunggah kekesalannya terhadap Kapten KMP Sumut II tersebut.
*Pembiaran Korban Mati Mengenaskan Merupakan Pembunuhan Terencana*
"Setiap memberangkatkan pesawat, maka hal utama yang harus diperiksa adalah keamanan dan kelayakan terbang. Karena kerusakan pada sistem akan berakibat fatal terhadap kenyamanan dan keselamatan penumpang dan kru."
"Begitu juga dengan pemberangkatan bus dan kapal mudik. Semua dijalankan dengan SOP demi keselamatan dan kenyamanan pemudik."
"Gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Jika kita gagal merencanakan sistem pengendalian dan pengawasan pelayaran serta sistem keselamatan dan keamanan pelayaran maka artinya kita telah merencanakan adanya korban apabila terjadi kecelakaan pelayaran."
"Undang-Undang No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa “Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim. Sedangkan keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan lingkungan maritim”."
"Peristiwa yang terjadi di Danau Toba masih dalam lingkup arus balik Lebaran. Seharusnya ketika di Jawa, berbagai pihak berusaha keras untuk menjaga keamanan dan keselamatan pengguna moda transportasi, begitu juga hal yang sama harus dilakukan di Samosir dan seluruh daerah di Indonesia."
"Sangat tidak bisa diterima, tidak logis dan tidak masuk akal alasan pemberhentian sementara upaya penyelamatan karena alasan cuaca dan waktu yang sudah malam."
"Pada pukul 17.30, jelas kita lihat bahwa banyaknya korban yang berenang dan teriak minta tolong. Pada saat itu, tim hanya sanggup menyelamatkan puluhan orang. Pertanyaan muncul ketika tim menghentikan pencarian hanya karena alasan cuaca buruk. Dari situ kita tarik kesimpulan bahwa adanya pembiaran dari tim dan pemerintah kabupaten terhadap kejadian tersebut yang menghilangkan nyawa hingga ratusan orang. (data/ an. Komandan korem 022/pantai timur Sutan Lubis Letkol Inf NRP 522635. 166 orang dinyatakan hilang, 18 orang selamat dan 1 orang meninggal)."
"Seharusnya tim bisa menurunkan kapal besar untuk terus melakukan upaya penyelamatan. Menghentikan pencarian, sama halnya membiarkan korban mati mengenaskan sebanyak 166 orang (kedinginan, marjogal, pernapasan tersiksa, hingga terdampar begitu saja)."
"Melihat peristiwa memilukan seperti ini dapat terjadi di Danau Toba yang sedang digaungkan kembali sebagai objek wisata prioritas berskala internasional, maka bisa dibayangkan bagaimana kondisi sistem pelayaran kita di daerah lainnya di seluruh Indonesia."
"Menghadirkan BASARNAS di Samosir butuh 24 jam. Mengherankan bagi saya atas tindakan tersebut. Tugas BASARNAS bukan hanya mencari korban meninggal, tetapi tugas BASARNAS juga untuk menyelamatkan korban supaya tidak MATI."