Wisata Kawah Putih

Era Polaroid Tamat, Tukang Foto Keliling di Kawah Putih Beralih Gunakan Kamera DSLR, Bagian II

Tidak ada yang tahu pastinya kapan, namun menurut para penjajak jasa foto (fotografer) jasa. . .

Penulis: Mumu Mujahidin | Editor: Fauzie Pradita Abbas
Tribun Jabar/Mumu Mujahidin
Suasana di akwasan wisata Kawah Putih, Selasa (19/6/2018) 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mumu Mujahidin

TRIBUNJABAR.ID, CIWIDEY - Jasa foto cetak langsung di kawasan objek Taman Wisata Alam (TWA) Kawah Putih Ciwidey ini sudah ada sejak belasan tahun lalu.

Tidak ada yang tahu pastinya kapan, namun menurut para penjajak jasa foto (fotografer) jasa foto sekali jadi di Kawah Putih ini mulai ramai pada tahun 2000an.

"Kalau saya masih baru, dari 2010 saya mah, nerusin kakak saya. Kalau kakak saya pas lagi rame-ramenya tahun 2000an," ujar Usep polos di lokasi, Selasa (19/6/2018) kemarin.

Namun menurut informasi kata Usep, jasa foto sekali jadi ini sudah ada sejak tahun 1990 an.

Dan hingga sekarang jasa foto sekali jadi ini masih saja eksis bahkan masih banyak peminatnya.

Saat itu para fotografer masih menggunakan kamera polaroid sekali jadi karena belum populer penggunaan kamera DSLR.

"Katanya dari tahun 1990 an juga sudah ada, tapi mulai ramai tahun 2000 an. Kalau dulu masih pakai kamera polaroid, karena belum ada DSLR kayak sekarang. Sekarang mah ngeprintnya juga pakai printer foto portable," tuturnya.

Uniknya, karena tidak ada aliran listrik di kawasan Kawah Putih, untuk menghidupkan printer portable ini, para fotografer terpaksa harus menggunakan aki motor yang dibuat seperti baterai.

Kekuatan printer dengan aki motor ini bisa menghasilkan hingga 100 lembar foto print. Jauh berbeda dengan printer yang menggunakan listrik atau baterai, kekuatannya hanya bisa menghasilkan 20 lembar foto saja.

Setahu Usep pada tahun 2000 an harga foto sekali jadi ini hanya dibanderol sekitar Rp 5000 an per lembar. Memasuki tahun 2010 an harga foto ini naik kembali menjadi Rp 10 ribu per lembar. Dan dari 2014 hingga sekarang, harga foto ini menjadi Rp 20 ribu per sekali foto plus mendapat file soft copy foto yang akan dicetak.

"Suka duka menjadi fotografer sekali jadi kayak gini ya, kita mengabadikan moment orang-orang yang sedang liburan sementara kita mah malah bekerja," kata warga asli Rancabali ini.

Selain itu upah yang didapat juga terbilang kecil jika dibandingkan pemasukan kepada perusahaan. Yaitu hanya Rp 3000 - Rp 5000 per lembar foto yang mereka jual kepada konsumen.

"Tapi ya lumayanlah saeutik oge dikeureuyeuh (sedikit juga dijalani, red)," ujarnya maklum.

Di kawasan objek wisata Kawah Putih ini terdapat sekitar 50 tukang foto (fotografer) yang dikoordinir oleh pihak pengelola. Mereka difasilitasi perlengkapan foto seperti kamera DSLR, OTG dan printer portable.

Usep mengaku sudah menekuni profesinya tersebut sejak 2010 lalu. Usep menggantungkan kehidupannya dari profesinya tersebut demi menghidupi anak dan istrinya. Lebih jauh lagi, Dede Rukmana (38) juga sudah menggantungkan hidup keluarganya dengan menjajakan jasa foto sekali jadi di TWA Kawah Putih ini sejak 2004 lalu. 

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved