Susu Kecoa Konon Lebih Bernutrisi dari Susu Sapi, Berani Mencoba?

Anak-anak kecoak tersebut diberi makanan dalam bentuk cairan berwarna kuning yang dihasilkan oleh rahim induknya.

Editor: Yudha Maulana
Satelitpost
Ilustrasi Susu kecoa 

TRIBUNJABAR.ID - Siapa sangka di balik tampilan kecoa yang bagi sebagian orang mengerikan, ternyata serangga ini bisa menghasilkan nutrisi yang bahkan lebih baik dari yang dhasilkan oleh sapi.

Eits, jangan jijik dulu, kecoak yang dimaksud tentu bukan kecoak jorok yang sering berada di tempat kotor.

Kini ada penemuan baru, yaitu kecoak yang hidup di kepulauan Hawaii dan pulau-pulau lain di Lautan Pasifik.

Baca: Kate Middleton Bukan Orang Sembarangan, Jejak Kekayaan Keluarga Melimpah Ruah, Tak Habis-habis

Kecoak ini punya nama latin adalah Diploptera punctata.

Berbeda dengan kecoak biasa, Diploptera punctata tidak bertelur, melainkan melahirkan anak seperti hewan menyusui lainnya.

Kecoak jenis Diploptera punctata ini melahirkan kira-kira 12 ekor anak tiap dua sampai tiga minggu.

Anak-anak kecoak tersebut diberi makanan dalam bentuk cairan berwarna kuning yang dihasilkan oleh rahim induknya.

“Tapi di dalam usus anak-anak kecoak tadi, cairan kuning itu berubah menjadi kristal-kristal yang bisa dicerna untuk waktu lama, sampai mereka bisa mencari makanan sendiri,” kata Profesor Barbara Stay dari Universitas Iowa.

Baca: Tb Hasanuddin: Saya Akan Ikuti Wasiat Sunan Gunung Jati

Mulanya, ide susu kecoa berasal dari 2016 ketika sekelompok ilmuwan di India memeriksa susu dari kecoa kumbang (Diploptera punctata) Pasifik untuk nilai gizinya.

Studi mereka, yang diterbitkan dalam Journal of International Union of Crystallography, mengungkapkan susu kecoak memiliki zat yang sangat bergizi, hampir tiga kali lebih kaya kalori daripada susu kerbau.

Susu ini juga mengandung hampir empat kali lipat protein yang ditemukan dalam susu sapi.

"Kristal itu seperti makanan lengkap, mereka memiliki protein, lemak, dan gula,"kata Sanchari Banerjee, salah satu peneliti dalam studi tersebut.

Jika kita melihat ke urutan protein, mereka memiliki semua asam amino esensial.

Namun tim tersebut percaya bahwa butuh lebih banyak pengujian, untuk memahami daya cerna dan keamanannya.

Baca: Buntut Bentrokan Geng Motor di Kabupaten Bandung, Polisi Amankan Lima Orang Tersangka

"Pada prinsipnya, itu harus baik-baik saja, tapi hari ini kami tidak memiliki bukti bahwa itu benar-benar aman untuk dikonsumsi manusia," kata pemimpin peneliti Subramanian Ramaswamy di Institute for Stem Cell Biology and Regenerative Medicine di Bangalore, India.

Halaman
12
Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved