Pilgub Jabar
Berdialog dengan Tukang Rujak Tumbuk di Garut, Dedi Mulyadi Jelaskan Manajemen "Ekonomi Indung"
"Ibu saya dulu anaknya 9, saya yang bungsu. Kami ekonominya pas pasan, sejak kecil ibu saya tidak fokus pada berapa pendapatan
Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
"Dengan begitu, penghasilan yang diterima Imam dalam sebulan tidak dibebani lagi dengan kebutuhan lain. Sehingga, pendapatan dalam sebulan bisa ditabung. Visi saya, bagaimana menekan pengeluaran masyarakat lewat skema kebijakan pemerintahan," kata Dedi.
Ia menyebut kebijakan itu sebagai manajemen ekonomi indung (ibu) yang menekankan pada upaya menekan pengeluaran, bukan pada capaian penghasilan. "Ibu saya dulu anaknya 9, saya yang bungsu. Kami ekonominya pas pasan, sejak kecil ibu saya tidak fokus pada berapa pendapatan, tapi pada pengeluaran. Istilahnya, saeutik mahi loba nyesa," kata Dedi.
Di Media Sosial, Pelaku Pemerasan Pakai Video Porno Disebut Codot, Modusnya Disebut Scammer https://t.co/sXVng3rbDZ via @tribunjabar
— Tribun Jabar (@tribunjabar) April 12, 2018
Imam pun mendengarkan secara saksama penjelasan Dedi. "Benar Pak, kalau saya dapat sebulan misalnya Rp 2 juta-Rp 3 juta, kalau sekolah gratis dan sewa rumah ada subsidi, penghasilan saya sebulan bisa ditabung, sisanya untuk kebutuhan sehari-hari," kata Imam.
Dedi sempat mewanti-wanti Imam. "Tapi kalau Mang Imam terus-terusan main Facebook dan internetan terus, nanti uang sebulannya bisa habis," kata Dedi, seraya tertawa.
Dedi mengatakan, ada langkah mujarab agar profesi-profesi seperti Imam bisa mendapat untung lebih. "Yakni dengan skema branding dan packaging makanan tradisional sehingga menarik minat dari pembeli. Karena zaman now itu perlu branding, itu tugas pemerintah. Apalagi, rujak tumbuk ini enak kok," kata Dedi.