Pilgub Jabar

Berdialog dengan Tukang Rujak Tumbuk di Garut, Dedi Mulyadi Jelaskan Manajemen "Ekonomi Indung"

"Ibu saya dulu anaknya 9, saya yang bungsu. Kami ekonominya pas pasan, sejak kecil ibu saya tidak fokus pada berapa pendapatan

Penulis: Mega Nugraha | Editor: Ichsan
Tribunjabar/Mega Nugraha
Dedi Mulyadi dan pedagang rujak tumbuk di Desa Mekarjaya, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Kamis (12/4/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG -‎ Calon wakil gubernur Jabar Dedi Mulyadi di sela blusukannya menemui Imam (26), pedagang rujak bébék alias rujak tumbuk di Desa Karyamekar, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Kamis (12/4/2018).

Pada kesempatan itu, Dedi memuji Imam dan para pedagang rujak tumbuk keliling. Imam sudah melakoni pekerjaannya sebagai pedagang rujak tumbuk keliling sejak lima tahun terakhir. Setiap hari, Imam membawa beragam buah seperti bengkuang, jambu air, pisang, ubi hingga kedondong.

Tidak lupa, ia membawa bumbu khasnya, gula merah‎, garam, terasi dan tumbukannya. Rujak tumbuk juga bagian dari camilan tradisional.

"Orang Jabar jangan takut susah, dengan jadi pedagang rujak tumbuk keliling, kebutuhan dasar bisa terpenuhi karena modal uang tidak terlalu besar dan untungnya juga lumayan," kata Dedi.

Baca: Lama Tak Muncul di Dunia Hiburan, Inilah Potret Manohara, Perubahannya Mengejutkan

Imam membenarkannya. Ia mengaku sehari membutuhkan modal uang Rp 75 ribu untuk membeli buah-buahan dan bumbu. Keuntungan seharinya bisa mencapai tiga kali lipat. Rujak tumbuk dijualnya Rp 5.000 porsi kecil dan Rp 10 ribu porsi besar.

"Modalnya Rp 75 ribu, sehari paling besar bisa dapat Rp 200 ribu-Rp 250 ribu. Bersihn‎ya dibawa ke rumah paling-paling Rp 100 ribu sehari, setelah dipotong modal dan biaya makan selama sehari di jalan," kata Imam.


Hanya memang, dibutuhkan tenaga lebih untuk jadi penjual rujak tumbuk keliling dengan menanggung dua boks kayu berisi‎ buah-buahan. Apalagi, jarak yang ditempuh tidak dekat. "Sehari pulang pergi total 8 km sampai 10 km," kata Imam yang tinggal di wilayah kecamatan tersebut.

Itulah yang membuat calon wakil gubernur Jabar nomor urut 4 ini salut. Menurut Dedi, dengan penghasilan jika dirata-ratakan dalam sebulan bisa meraup Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta, nilai sebesar ini cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

"Dengan penghasilan segitu sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Asalkan kebutuhan dasar lain seperti biaya kesehatan hingga ‎pendidikan ditanggung oleh pemerintah. Sehingga, beban ekonomi Imam ini yang paling utama adalah untuk makan sehari-hari dan menabung," kata Dedi.


Tidak hanya itu, Dedi menganggap profesi seperti Imam bisa terhindar dari risiko penyakit karena setiap hari, Imam beraktivitas terus‎ atau berolahraga dengan berjalan kaki. "Profesi seperti Imam ini menyehatkan, bakal jarang sakit, tiap hari jalan kaki. Untungnya juga lumayan, jadi bersyukurlah," kata Dedi, seraya tersenyum.

Selain itu, untuk melindungi profesi-profesi seperti Imam adalah dengan cara menekan biaya pengeluaran mereka lewat kebijakan pemerintah. Salah satunya, mengontrol harga kebutuhan pokok, kebijakan subsidi biaya sewa rumah untuk mereka yang belum punya rumah , jaminan kesehatan hingga pendidikan gratis untuk semua jenjang.

"Dengan begitu‎, penghasilan yang diterima Imam dalam sebulan tidak dibebani lagi dengan kebutuhan lain. Sehingga, pendapatan dalam sebulan bisa ditabung. Visi saya, bagaimana menekan pengeluaran masyarakat lewat skema kebijakan pemerintahan," kata Dedi.

Ia menyebut kebijakan itu sebagai manajemen ekonomi indung (ibu) yang menekankan pada upaya menekan pengeluaran, bukan pada capaian penghasilan. "Ibu saya dulu anaknya 9, saya yang bungsu. Kami ekonominya pas pasan, sejak kecil ibu saya tidak fokus pada berapa pendapatan, tapi pada pengeluaran. Istilahnya, saeutik mahi loba nyesa," kata Dedi.


Imam pun mendengarkan secara saksama penjelasan Dedi. "Benar Pak, kalau saya dapat sebulan misalnya Rp 2 juta-Rp 3 juta, kalau sekolah gratis dan ‎sewa rumah ada subsidi, penghasilan saya sebulan bisa ditabung, sisanya untuk kebutuhan sehari-hari," kata Imam.

Dedi sempat mewanti-wanti Imam. "Tapi kalau Mang Imam terus-terusan main Facebook dan internetan terus, nanti uang sebulannya bisa habis," kata Dedi, seraya tertawa.

Dedi mengatakan, ada langkah mujarab agar profesi-profesi seperti Imam bisa mendapat untung lebih. "Yakni dengan skema branding dan packaging makanan tradisional sehingga menarik minat dari pembeli. Karena zaman now itu perlu branding, itu tugas pemerintah. Apalagi, rujak tumbuk ini enak kok," kata Dedi.

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved